Minggu, 19 April 2009

PERJALANAN PANJANG SUATU TANGGUNG JAWAB

Bagian II

Tepat pada waktunya Pesawat Sriwijaya Air yang ku tumpangi dari Bandara Sepinggan Balikpapan terbang ke Bandara Mutiara Palu. Panas terik siang hari sekitar pukul 1.30, pesawat tiba di Palu. Saya lalu mengambil taxi menuju hotel Rama yang telah saya booking kamarnya beberapa hari silam. Berbeda dengan biasanya, penumpang yang akan mengambil taxi mengikuti antrian nomor, sehingga taxi langganan ku saat ke Palu tidak dapat saya gunakan karena berada pada nomor antrian berikutnya. Saya hanya tersenyum dan menjabat tangan sopir taxi langganan ku itu, lalu berlalu mengikuti sopir taxi yang akan mengantar ku ke hotel.

Tidak lama berselang, aku pun tiba di hotel. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, termasuk menanda-tangani pernyataan bersedia didenda sebesar 500 ribu rupiah bila merokok di kamar, saya pun mendapatkan kamar 317. Saya mencoba bernegosiasi dengan petugas tuk mendapatkan kamar yang biasanya saya gunakan yakni 340, namun kamar tersebut masih terisi. akhirnya dengan berat hati, saya harus menerima kamar 317 yang ternyata seperti dugaan ku bahwa interior disainnya pasti berbeda dengan kamar 430 yang selalu ku gunakan saat nginap di hotel Rama.

Setelah check ini, saya pun mengguyur tubuh menghilangkan kepenatan perjalanan serta menyegarkan kulit yang tersengat sinar matahari siang kota Palu yang cukup menyengat. Setelah bersalin pakaian bersih, saya lalu memesan taxi minta diantar ke kantor Proyek di Palu. Sebelum masuk ke kantor, saya harus melewati prosedur standar keamanan kantor yang diterapkan sama di semua tempat, yakni melalui meja satpam untuk mengisi buku tamu kemudian satpam mengantar ku memasuki kantor tersebut. Kadang aku geli mengikuti seremonial keamanan seperti itu, namun apa mau dikata, mereka juga hanya melaksanakan tugasnya.

Setiba di kantor tersebut, saya bertemu dengan Burhanuddin Buna yang adalah PO Proyek untuk Sulawesi Tengah, Lidya Manganti yang adalah Grant Associate Proyek, serta beberapa orang keuangan mitra proyek yang sedang berada di kantor tersebut untuk tentunya menyeleaikan beberapa urusan keuangan proyek dalam kerjasama dengan lembaga mereka masing-masing. Selain itu, 2 petinggi Jatam Sulawesi Tengah bersama 2 orang laki-laki dari desa dampiangan Jatam sedang berada di kantor tersebut untuk mempersiapkan bahan presentasi bagi wakil-wakil SIDA yang berkunjung pada tanggal 1 -2 April 09, sebagaimana kehadiran ku saat ini di Kota tersebut untuk mempersiapkan kunjungan tersebut.

Saya lalu segera menggelar diskusi dengan PO, Jatam dan 2 orang wakil dari desa dampingan Jatam, yakni Nurdin dan Arphan. Setelah meminta mereka menggambarkan persiapan-persiapan yang telah dilakukan, saya lalu memberikan beberapa input untuk menyempurnakan persiapan tersebut. sementara bersama PO, saya membahas berbagai hal teknis terkait terkait penginapan, pihak yang akan ditemui, kendaraan, keamanan dan hal terkait lainnya. Masih banyak hal yang belum diselesaikan yang harus saya tangani sehingga saya dan PO lalu mengatur berbagai rencana, termasuk gladi di kantor PBHR dalam rangka kunjungan tersebut. Saya juga mencari tahu persiapan Pemda Provinsi, dalam hal ini BAPPEDA Provinsi sebagai counterpart proyek dalam rangka kunjungan tersebut sekaligus meminta konfirmasi rencana kunjungan kehormatan tim ke Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara. Sayangnya, pada saat kunjungan, Gubernur sedang sibuk melakukan kunjungan kerja ke daerah sehingga tidak bisa menerima kedatangan tim, namun rencananya BAPPEDA akan menyelenggarakan suatu pertemuan pengganti dengan mengundang beberapa pihak terkait di Provinsi tersebut, seperti Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan, Kepala Biro Hukum, serta pihak SEKDA untuk membuka pertemuan tersebut.

Singkat cerita, saya berada di kota tersebut selama 2 hari untuk persiapan teknis kunjungan tim SIDA. Pada tanggal 30 - 31 Maret 2009, saya harus memastikan bahwa semua hal yang direncakan terkait kunjungan tersebut akan berjalan, termasuk seremoni penerimaan - yang sebenarnya tidak terlalu saya sukai, karena saya adalah orang yang tidak suka pada seremoni-seremoni yang menurut saya hanyalah basa basi dan menghabiskan waktu. Namun, tentunya urusan ini adalah urusan kantor yang harus saya jalankan dalam kerangka tanggung-jawab ku sebagai focal point untuk daerah tersebut. Persiapan kunjungan tersebut, termasuk saya harus bertemu dengan focal point proyek di Kantor BAPPEDA Provinsi guna memastikan persiapan pertemuan antara Pemda dengan wakil SIDA dan juga BAPPENAS yang menyertai kunjungan tersebut. Saya juga mengunjungi Rumah Aman KPPA untuk mengetahui lokasi sekaligus mendiskusikan persiapan KPPA dan beberapa korban dalam rangka pertemuan dengan wakil-wakil SIDA.

Harus diakui bahwa masing-masing pihak terkait mempersiapkan diri dengan baik, sehingga kunjungan SIDA ke Palu pada tanggal 1 - 2 April 2009 tersebut, berlangsung dengan baik. 2 wakil masyarakat yang didampingi JATAM menyiapkan testamennya dengan singkat, padat namun informatif. saya puas dengan semua persiapan tersebut termasuk kerjasama semua pihak yang dengan sukarela dan senang hati berkomunikasi dan koordinasi intens guna keberhasilan kunjungan tersebut. Hanya ada sedikit kendala saat pertemuan di Kantor BAPPEDA Provinsi, yakni molornya waktu pertemuan dari jam 9.15 pagi yang direncakan menjadi 10.30 karena miskomunikasi di kantor Gubernur dan Sekda yang sedianya akan membuka pertemuan tersebut. Namun, walau terlambat, akhirnya Asisten II Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah hadir membuka pertemuan tersebut, sementara itu Pak Kepala BAPPEDA bertindak sebagai moderator.

Hari pertama kunjungan tanggal 1 April 2009 adalah kunjungan dan diskusi di kantor Perhimpunan Bantuan Hukum Rakyat (PBHR) Sulteng. Kunjungan dan pertemuan berlangsung sukses, dilanjutkan dengan makan malam yang dihadiri oleh Wakil Walikota Palu, Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah serta beberapa staff. Acara makan malam berlangsung meriah dan penuh keramahtamahan. Karena tim SIDA tidak satupun yang bisa berbicara bahasa Indonesia, maka staff proyek berbagi diri mendampingi masing masing anggota rombongan SIDA untuk membantu menjembatani percakapan informal di pertemuan tersebut. Pak Wakil Walikota memberikan sambutan - yang lalu dibalas oleh Ms. Annelis - yang merupakan Country Representative SIDA berkantor di Swedia. Dia disertai 3 orang staf, yakni masing-masing Annike, Ann dan Eva. Pada kesempatan tersebut, saya mengambil tempat duduk disamping Pak Kepala BAPPEDA untuk berbincang informal tentang berbagai hal, ternyata orangnya enak diajak bercakap-cakap.

Esok hari tanggal 2 April 09, kunjungan dan pertemuan pertama adalah dengan para pejabat Pemda Provinsi yang diundang oleh BAPPEDA Provinsi. Pertemuan dilakukan di ruang pertemuan kantor BAPPEDA. Sebelum rombongan berangkat, saya dan PO telah terlebih dahulu berangkat ke tempat pertemuan untuk memastikan segala sesuatunya telah disiapkan. BAPPDA ternyata telah menyiapkan semuanya, MC, snacks dll guna pertemuan tersebut, sehingga saya hanya perlu berkoordinasi dengan MC tentang acara dan protokoler sebagaimana acara acara pemeritah yang memiliki protokoler sendiri, termasuk orang orang yang akan duduk di meja depan untuk mendampingi Kepala BAPPEDA dan wakil dari Kantor Gubernur Untuk membuka acara tersebut. Akhirnya disepakati, para pendamping masing-masing adalah Manajer Proyek (Thomas Crick), Country Representative SIDA (Ms. Annelis), Wakil BAPPENAS (Ario Bimo) serta Wakil UNDP (Alisson Moore) sementara anggota rombongan lainnya berbaur dengan undangan lainnya di ruang pertemuan tersebut.

Sebelum pertemuan di kantor BAPPEDA selesai, saya telah bergerak berpindah tempat ke rumah aman KPPA untuk memastikan kesiapan pertemuan di tempat tersebut. Ternyata semuanya telah siap untuk pertemuan itu. Walau demikian, saya dan Direktur KPPA melakukan koordinasi singkat untuk mempersiapkan makan siang di tempat tersebut karena rencana makan siang rombongan di salah satu restoran di kota Palu terpaksa diubah sebagai akibat molornya waktu pertemuan di Kantor BAPPEDA. Makan siang lalu didatangkan dalam box dari restoran dan kemudian disiapkan di rumah aman KPPA. Saat rombongan tiba, saya dan PO mengumpulan semua tiket dan identitas (paspor dan KTP) lalu bersama GA berangkat ke airport mutiara untuk check in terhadap semua anggota rombongan yang akan kembali ke Jakarta melalui Makassar menggunakan pesawat Lion Air. Sementara itu, PO tetap tinggal di Rumah Aman guna mengantisipasi kebutuhan tidak terduga. Namun ternyata semuanya berjalan lancar. Urusan check in di Bandara pun selesai. Hanya 1 anggota rombongan, yakni Anne yang sedang sakit perut sehingga tetap tinggal di hotel yang belum kami check-in-kan karena tiket dan identitasnya belum kami peroleh, sehingga saya dan GA lalu menjemputnya di hotel lalu bersama ke airport untuk check in sekaligus menuggu anggota rombongan lainnya selesai dari RUmah Aman KPPA.

Tepat pada waktunya, semua anggota rombongan tiba dan berkumpul di airport Mutiara Palu. Boarding Pas, tiket dan identitas masing-masing dikembalikan sambil berjabatan tangan mengucapkan salam perpisahan. Saya masih melewatkan 1 malam di kota Palu untuk membereskan berbagai urusan administrasi dan keuangan. Esok hari, tanggal 3 April 2009 saat kota masih terlelap sekitar pukul 6 pagi, saya telah check out dan bertolak ke Airport Mutiara Palu guna menumpang pesawat Lion yang akan memberangkatkan ku ke Makassar sebagai kota transit menuju Kendari.

Melelahkan, namun puas dengan hasil yang dicapai melalui dukungan dan kerjasama berbagai pihak, terutama Pak Bunna, Mbak Lidya, Sahrul, Neneng, Undeng, Pak Ramlan, Ibu Sandra. Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...