Minggu, 09 April 2017

JELAJAH DUNIA. BEIJING : Taman Tiantan, Kuil Surga (Temple of Heaven) dan Stadion Olimpiade Beijing

Temple of Heaven / Kuil Surga di Taman Tiantan
Bangun pagi merupakan suatu keharusan saat jelajah kemana pun. Saya bangun saat masih subuh. Karena di Beijing mulai memasuki musim dingin, suhu berkisar 0 derajat celcius, karena itu saat tidur saya menghidupan pemanas ruangan sehingga ruangan menjadi hangat. Walau dingin, saya harus mandi sebelum keluar menjelajah karena kemungkinan saya akan balik ke hotel di sore atau malam hari. Hotel menyediakan air panas sehingga saya bisa mengguyur badan dengan air hangat setelah itu saya memakai pakaian dalam khusus untuk musim dingin baru memakai jins, kaos dan jaket bersama kupluk dan juga syal.

Temple of Heaven / Kuil Surga di Taman Tiantan
Saat keluar dari hotel, suasana sekitar masih sepi. udara dingin langsung menyergap muka yang tidak tertutup sehelai benangpun. Tubuh tetap terasa hangat karena 3 lapis baju dan 2 lapis celana yang saya pakai. Saya menyeberang jalan ke toko kecil yang buka 24 jam karena saya ingin beli bekal makanan dan minuman. setelah itu saya kembali menyeberang ke arah hotel lalu berjalan menuju stasiun Dongsi menyusuri pedestarian yang masih sepi. Stasiun juga masih sepi saat saya tiba di dalamnya. Akses ke Taman Tiantan dimana Kuil Surga berada adalah melalui stasiun subway Tiantandongmen. Karena jalur subway ke stasiun ini melewati stasiun Dongsi, maka saya tidak perlu berganti subway. Saya menuju jalur 5 di stasiun Dongsi menunggu subway ke arah stasiun Ciqu sebagai stasiun akhir. Tak lama menunggu, subway telah tiba. Setelah penumpang keluar, saya melangkah masuk dan duduk di salah satu kursi kosong. Mungkin masih pagi sehingga subway belum terlalu penuh. Selain peta elektronik rute subway di HP yang menjadi harta perjalanan dan jelajah saya selama di Beijing, di atas pintu-pintu subway juga terpampang rute dan nama-nama stasiun yang dilewati subway. Karena itu, saya dengan mudah tiba dan turun di stasiun Tiantandongmen.

Temple of Heaven / Kuil Surga di Taman Tiantan
Tantangan saat keluar dari stasiun subway adalah menemukan arah jalan yang benar ke Taman Tiantan dan Kuil Surga (Temple of Heaven). Di luar stasiun tidak ada petunjuk apapun karena itu saya belok kanan lalu berjalan menyusuri pedestarian sambil celingukan ke kiri dan kanan. Kabut tipis membayang di sekitar saya karena sepertinya lokasi dimana saya berada cukup jauh dari hiruk pikuk kota. Beruntung saya bertemu seorang pemuda yang berjalan berlawanan arah alias sedang berjalan menuju stasiun. Saya menyapa pemuda tersebut sambil tersenyum lalu menunjukan foto dan nama Kuil Surga dalam huruf dan bahasa Cina yang telah saya simpan di HP. Menggunakan bahasa tubuh, pemuda itu mengajak saya berjalan mengikuti dia karena ternyata dia juga menuju ke tempat yang sama. Kami berjalanan melewati stasiun Tiantandongmen lalu belok kanan menyusuri pedestarian yang masih sepi dan berkabut. Sekitar 150 meter dari belokan, kami tiba di depan gerbang Taman Tiantan yang dijaga seorang petugas laki-laki memakai topi dan jaket panjang tebal berwarna abu-abu. Pemuda yang bersama saya menunjukan loket tiket di sebelah kanan yang berjarak sekitar 30an meter dari gerbang. Saya berjalan ke loket tiket yang telah buka. "How much?, tanya saya ke petugas perempuan yang berjaga di dalam loket. "28", jawab petugas tersebut. Saya menyerahkan uang 50yuan lalu menerima selembar tiket dan uang kembalian. Pemuda yang berjalan bersama saya dari stasiun telah menghilang ke dalam Taman yang ditutupi kabut tebal. Saya berjalan ke gerbang lalu menyerahkan tiket ke petugas yang kemudian mengizinkan saya masuk melewati palang-palang stainless setinggi pinggang saya.

Taman dan setapak menuju Temple of Heaven / Kuil Surga
Udara dingin disertai kabut memicu rasa ingin kencing karena sepertinya kantung kemih saya telah penuh. Mata saya mencari-cari petunjuk keberadaan toilet yang saya temukan berada di sebelah kanan saya dalam jarak 10an meter. Papan petunjuk arah berwarna coklat tua dengan tulisan hitam diatas bahan seng tersebut ditanam ke tanah setinggi pinggang saya. Bahan, model dan warna yang sama dengan petunjung-petunjuk arah yang saya temukan di tempat-tempat jelajah lain yang telah saya kunjungi alias semuanya dibuat seragam di seluruh Beijing. Dari petunjuk arah itu saya tahu bahwa Kuil Surga masih berjarak 750 meter dari gerbang Utara tempat saya membeli tiket. Taman dipenuhi pepohonan rindang dan rerumputan hijau yang dibelah jalan berukurang cukup lebar. Beberapa orang tua laki-laki dan perempuan berjalan masuk ke Taman lalu berpencar menyusuri jalan-jalan tanah dalam Taman.  Di sebelah kiri saya dekat gerbang terdapat jejeran kios-kios yang belum buka. Seorang tukang sampah berjalan lewat sambil mendorong gerobak berisi dedaunan dan ranting-ranting tua. Karena masih berkabut, saya harus memotret menggunakan tripod. Kamera saya pasang di tripod lalu mulai memotret berbagai obyek dan momen sambil berjalan menyusuri jalan utama ke arah Selatan. Sekitar 300 meter dari gerbang, saya melihat bangunan toilet di sebelah kiri berjarak 40an meter dari jalan utama dalam Taman yang sedang saya susuri. Toilet terlihat cukup bersih saat saya tiba di dalam. Saya melihat seorang lelaki tua mengambil tissu dari tempat tissu yang disediakan di bagian dalam pintu masuk. Saya juga mampir mengambil tissu lalu meneruskan ke jejeran urinor di bagian dalam.

Tempat kongkow para orang tua di Taman Tiantan
Saya kembali ke jalan utama dalam Taman setelah selesai dari toilet. Saya tiba di suatu bangunan panjang yang dipenuhi para orang tua laki-laki dan perempuan. Mereka duduk atau berdiri dalam kelompok-kelompok 4-6 orang dengan berbagai aktivitas seperti main kartu, merenda, melukis dan lain-lain. Kabut masih tebal dan udara masih sangat dingin. Para orang tua tersebut mengenakan jaket-jaket tebal aneka warna. Sambil memotret, saya terus berjalan melewati lorong panjang bangunan tersebut menuju bagian seberang yang terhubung ke bagian lain Taman Tiantan. Sekitar 50 meter dari ujung lorong bangunan, saya belok kanan menyusuri jalan setapak dalam Taman. Sesekali saya bertemu satu atau dua orang tua yang sedang jalan pagi dalam taman. Saya terus berjalan menyusuri setapak sekaligus mengeliling tembok luar kuil dari Utara ke Barat lalu ke Selatan mencari pintu masuk ke dalam kompleks Kuil Surga. Taman ini dihampari rumput hijau dan pepohonan hijau sehingga kabut pagi seperti enggan pergi.

Gerbang Timur menuju Kompleks Temple of Heaven
Semburat warna kuning di langit mengarahkan saya ke bagian Timur sebelah luar kompleks Kuil. Saat saya tiba di bagian Timur, gerbang di sisi ini juga belum buka. Puluhan orang berbagai usia sedang melakukan aktivitas masing-masing sambil menunggu gerbang dibuka pada jam 8 pagi. Sisi Timur sepertinya menjadi gerbang masuk utama ke bagian dalam kompleks Kuil. Dari gerbang yang masih tertutup terhampar pelataran dari semen selebar 10an meter dan memanjang puluhan meter membelah Taman Tiantan di sisi ini. Saya berkenalan dengan 3 orang turis Cina yang tidak bisa berbahasa Inggris sehingga kami berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh. Awalnya mereka meminta saya memotret aksi-aksi mereka di depan gerbang. Setelah itu saya meminta mereka memotret saya, terutama pose andalan saya, yakni levitase / melayang. Saya memberikan contoh cara mengambil
Gerbang Timur menuju Kompleks Temple of Heaven
foto levitase yang bagus, lalu saya mulai bergaya dan satu dari para turis itu memotret saya. Setelah itu, kami sama-sama melihat hasilnya sambil ketawa-ketawa. Melihat hasil foto levitase saya yang cukup bagus, mereka juga meminta saya memotret mereka dengan gaya levitase. Turis laki-laki ingin kami melanjutkan komunikasi menggunakan media sosial, namun karena mereka hanya bisa memahami huruf Cina dan saya hanya bisa huruf Latin, akhirnya upaya kami melanjutkan komunikasi dan bertukar foto melalui media sosial seperti FB gagal total.

Bagian dalam Temple of Heaven
Tepat jam 8pagi, gerbang dibuka petugas. Saya dan teman-teman baru saya bergegas ke arah gerbang sehingga bisa masuk lebih dahulu dari yang lain agar bisa mendapatkan foto-foto bagus. Saya meneyerahkan tiket ke petugas yang memasukan tiket tersebut ke lubang persegi di tiang penghalang lalu mencabut tiket itu dan menyerahkan kembali ke saya saat saya berjalan melewati palang pintu. Saya bergegas melewati gerbang dan tiba dibagian dalam kompleks kuil yang bagian depannya mulai ramai. Setelah mengambil beberapa foto dari ketinggian gerbang masuk, saya menuruni tangga lalu belok kanan menuju bagian Utara yang terlihat masih sangat sepi. Para pengunjung lainnya berkerumun dan berfoto-foto di bagian depan atau di sisi Timur. Saya berlari-lari kecil ke bagian Utara untuk foto-foto lalu berjalan ke arah Barat mengambil beberapa foto. Setelah menghabiskan sekitar 40an menit di bagian Utara dan Barat dalam berbagai pose foto, saya mendaki tangga di sisi Barat menuju bangunan Kuil. Saya terus berjalan ke arah Timur yang menjadi bagian depan Kuil Surga. Sama seperti tempat-tempat lainnya di Beijing, pengunjung tidak dapat masuk ke dalam Kuil karena pintunya diberi pagar setinggi 150an cm. Saya berdesakan dengan pengunjung lain mengintip dan memotret bagian dalam Kuil Surga yang ditopang tiang-tiang berbentuk selinder dengan motif tertentu yang penuh warna, terutama merah, biru dan kuning. Puas mengamati dan memotret bagian dalam Kuil dari depan pintu yang diberi penghalang, saya meninggalkan tempat tersebut berputar ke kiri berjalan menyusuri bagian luar kuil dari sisi Timur ke Selatan lalu ke Barat dan ke Utara. Saya menuruni anak-anak tangga di sisi Utara lalu melintasi halaman kuil yang cukup luas berjalan menuju gerbang Utara.

Lorong penghubung menuju Gerbang Utara 
Keluar kompleks kuil, saya berjalan menyusuri pelataran beratap yang menghubungkan Gerbang Utara dengan bangunan panjang tempat para orang tua berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas di Taman Tiantan. Setelah menyusuri pelataran yang terhubung ke Gerbang Utara sekitar 50 meter, saya belok kiri dan berjalan sekitar 30an meter hingga kembali ke gedung panjang tempat para orang tua sedang bercengkerama. Suasana semakin ramai dengan para perempuan dan laki-laki tua yang terus asyik dalam group-group kecil. Mereka tak mempedulikan saya yang berdiri mengamati dan sesekali memotret aktivitas mereka. Puas mengamati dan memotret, saya berjalan perlahan meninggalkan bangunan panjang tersebut kembali menyusuri setapak dalam Taman Tiantan. Saya berjalan kembali ke Gerbang Utara tempat saya masuk, karena gerbang inilah yang paling dekat dengan stasiun subway Tiantandongmen.

Stasiun metro / subway 
Di stasiun Tiantandongmen, saya menggunakan subway jalur 5 kembali ke stasiun Dongsi. Di Dongsi saya turun dan berganti kereta ke stasiun Nanluo Guxiang yang berjarak 1 stasiun dari Dongsi. Di stasiun Nanluo Guxiang, saya turun dan berganti subway di jalur 8. Saya menuju Stadion Olimpiade Beijing atau dikenal juga dengan nama Stadion Sarang Burung karena konstruksi bangunannya yang berbentuk sarang burung. Sebagaimana informasi yang telah saya kumpulkan dari internet, saya turun di stasiun Olympic Sport Center. Stasiun ini memiliki 2 pintu keluar dan masuk yang semuanya menuju Stadion Sarang Burung. Saya menaiki tangga hingga tiba di luar stasiun dimana saya langsung berhadapan dengan suatu pelataran yang sangat luas yang hanya dihalangi oleh suatu bangunan persegi seperti tempat pemeriksaan tiket. Di belakang saya sekaligus belakang stasiun juga terhampar halaman luas yang ditanami pepohonan berdaun kuning berbaris dalam jarak tertentu. Saya berjalan menuju bangunan persegi tersebut lalu masuk dan mengamat-amat apakah saya harus membeli tiket masuk?. Saya berdiri sejenak sambil mengamati para pengunjung lain hanya lewat begitu saja. Beberapa petugas berseragam berada dalam bangunan tersebut, namun sepertinya mereka hanya mengamati aktivitas pengunjung di pelataran luas yang terhubung ke stadion dalam jarak ratusan meter dari bangunan tersebut. Saya berjalan melintasi bangunan tersebut dan keluar di pelataran seluas ratusan meter yang terhubung ke bangunan Stadion berwarna abu-abu dof. Stadion terlihat megah dan modern dari konstruksinya yang terlihat seperti anyaman baja membentuk sarang burung raksasa yang bagian tengahnya berbentuk cekungan seperti perahu.

Stadion sarang burung Olimpiade Beijing
Saya berjalan lebih dekat mencari posisi yang tepat untuk mendapatkan foto-foto yang saya inginkan. Puluhan orang melintas pulang pergi namun kawasan sekitar terlihat lenggang saking luasnya pelataran yang terhubung ke Stadion. Setelah puas foto-foto, saya berjalan ke taman di sebelah kiri saya saat saya berdiri membelakangi stasiun subway. Taman ini ditanami puluhan pohon berdaun kuning dalam pola berbaris dengan jarak tertentu antara satu pohon dengan pohon lainnya. Taman ini menjadi pembatas sekaligus penghalang antara halaman terbuka yang barusan saya tinggalkan dengan jejeran puluhan toilet di sebelah taman. Setelah foto-foto di taman tersebut, saya berjalan ke salah satu toilet. Saat pintu terbuka, saya sangat terkejut karena toilet tersebut sangat jorok. Bergegas saya meninggalkan toilet tersebut mencoba toilet lain yang bersih. Selesai dari toilet, saya kembali ke taman dan duduk di bangku semen yang ada dalam taman tersebut. Saya mengamati dan menikmati
Mural dalam stasiun subway Olympic Sport Center
lingkungan sekitar sampai menyadari polusi udara di sekitar saya mulai memburuk terlihat dari makin tebalnya kabut yang menggantung di sekitar saya dan Stadion. Sebelum meninggalkan pelataran yang terhubung ke Stadion, saya sempatkan foto-foto dengan maskot olimpiade Beijing yang berjarak sekitar 100 meter dari bangunan tempat pengunjung harus lewati menuju pelataran yang terhubung ke Stadion. Setelah itu saya berjalan ke arah bangunan dan keluar dari pintu pagar di sisi kanan bangunan. Semua pengunjung yang keluar dari pelataran akan keluar dari pintu ini sedangkan untuk masuk melewati bagian dalam gedung. Saya kembali ke stasiun subway menunggu subway yang menuju ke stasiun  Nanluo Guxiang. Sambil menunggu subway, saya sempatkan foto-foto di mural hitam putih di dinding stasiun. Dari stasiun Olympic Sport Center, saya menggunakan subway kembali stasiun Dongsi di jalur 6 setelah berganti subway di stasiun Nanlui Guxiang. Saya kembali ke hotel untuk beristirahat untuk melanjutkan jelajah saya ke jalan Wangfujing yang telah pernah saya kunjungi 2 hari lalu. Sore nanti saya akan menelusuri mall dan juga gang-gang di Wangfujing untuk mencari souvenirs, terutama snow ball dan magnet kulkas untuk diri sendiri maupun untuk teman-teman.

Pelataran antara Taman dan Stadion sarang burung Olympiada Beijing
Bersambung

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...