Minggu, 05 Maret 2017

JELAJAH DUNIA. BEIJING: Jalan Wangfujing / Wangfujing Street

Tempat nginap selama di Beijing
Setelah beristriahat sekitar 2 jam di kamar hotel Beijing 161 Wangfujing yang menjadi tempat
menginap saya selama di Beijing, saya mandi dan keluar hotel menyusuri jalan Dongsi South / Dongsi Selatan menuju jalan Wangfujing yang terletak sekitar 2 km dari penginapan saya. Keluar dari pintu hotel, saya disambut udara dingin malam yang sangat menusuk karena suhu ) derajat celsius di Beijing saat ini. Jaket jeans bersama kupluk dan syal sangat membantu mengusir hawa dingin. Saya belok kanan lalu menyeberang jalan gang depan hotel berjalan sekitar 30an meter lalu belok kiri menyusuri trotoar jalan Dongsi Selatan yang cukup lebar karena selain digunakan para pejalan kaki, kadang pesepeda juga menggunakan pedestarian ini. Berbeda dengan trotoar di seberangnya yang telah memisahkan para pengguna jalan ke 3 kelompok, yakni trotoar bagi para pejalan kaki, jalur khusus bagi para pesepeda dan motor serta jalan bagi mobil.

Trotoar yang saya lalui dipenuhi jejeran toko yang menjual berbagai barang, terutama HP dan pakaian musim dingin. Sesekali saya melihat restoran kecil menyelip diantara toko-toko tersebut. Saya berjalan terus hingga sampai di suatu pertigaan yang dari google map di HP yang telah saya unduh di hotel, pertigaan di depan saya ini terhubung ke jalan Wangfujing yang menjadi tujuan jelajah saya malam ini. Saat lampu menyala hijau bagi para pejalan kaki, saya ikut menyeberang bersama pejalan kaki lainnya. Sampai di seberang, saya memilih berjalan menyusuri ruang terbuka antara jalan raya di sebelah kanan  dan jejeran toko di sebelah kiri. Bagian ini agak gelap karena hanya diterangi cahaya lampu dari toko-toko yang masih sedang buka. Pada beberapa bagian pelataran tersebut ada pengerjaan seperti pemasangan kabel dan lain-lain sehingga saya harus berpindah ke selasar jejeran toko sepanjang jalur yang sedang saya susuri. Sekitar 20 menit dari pertigaan yang saya seberangi tersebut, saya tiba di jalan Wangfujing yang terang benderang. Kondisinya berbeda jauh dari jalan tamaram yang barusan saya lewati.

Pedestarian Wangfujing
Wikipedia menulis "Jalan Wangfujing merupakan satu dari tempat belanja terkenal di Beijing, Cina yang berlokasi di Distrik Dongcheng. Kebanyakan kawasan utama jalan ini merupakan pedestarian / jalan bagi para pejalan kaki dan sangat terkenal dengan tempat belanja bagi para turis dan juga penduduk setempat. Pada pertengahan masa pemerintahan Dinasti Miang, kawasan ini telah menjadi kawasan komersial. Pada era pemerintahan Dinasti Qing, 10 kawasan perumahan bagi para keluarga bangsawan dan pangeran Cina dibangun di kawasan tersebut segera setelah ditemukannya sumur yang dipenuhi air berasa manis. Karena itulah, tempat tersebut dinamakan 'Wang Fu' atau Perumahan Para Pangeran, 'Jing' atau Sumur. Di kawasan ini dapat ditemukan banyak makanan eksotik".

Pedestarian Wangfujing
Saya berdiri beberapa saat mengamati suasana sekitar di perempatan jalan yang barusan saya susuri dimana jalan ini bertemu dengan jalan Wangfujing. Seorang laki-laki muda bersama istrinya yang sedang menggendong anak perempuan mereka melintas di depan saya. Melihat saya berdiri mengamati daerah sekitar, si laki-laki menyapa saya menggunakan bahasa Inggris. Saya senang sekali mendapatkan orang Cina yang bisa berbahasa Inggris sehingga kami saling bertukar sapa dan mengobrol sejenak. Namun, ternyata laki-laki ini seorang penjual jasa pembuatan nama Cina para turis atau penduduk setempat yang ingin menggunakan jasanya. Nama-nama tersebut bisa dilukis di tubuh berbentuk tato atau bisa ditulis di cincin ataupun kalung. Laki-laki tersebut dengan ramah mengajak saya mampir ke tempat tinggalnya yang katanya tidak terlalu jauh dari perempatan tersebut. Laki-laki itu menawari saya pembuaan nama saya dalam huruf Cina yang tentunya saya kemudian harus membayar jasa tersebut. Saya dengan tegas menolak dan mengucapkan terima kasih. Laki-laki itu tidak memaksa, dengan ramah dia mengucapkan selamat menikmati Beijing kemudian bersama istri dan anaknya berlalu dari perempatan. Mereka berjalan ke arah jalan yang telah saya lewati sebelumnya saat berjalan ke arah jalan Wangfujing dari hotel.

Katedral Beijing di Wangfujing
Saya belok kiri menyusuri pedestarian yang sangat bersih dan lebar selebar jalan bagi kendaraan di sebelahnya, yakni sekitar 10an meter. Gedung-gedung bertingkat berupa mall, perkantoran hingga barisan butik dan pertokoan berjejer di kiri dan kanan Jalan Wangfujing. Cahaya lampu dari gedung dan juga lampu jalan yang berjejer sepanjang pedestarian tersebut menerangi jalan Wangfujing sehingga saya seperti berjalan di dalam suatu gedung yang terang benderang. Saya berjalan perlahan menikmati suasana malam Jalan Wangfujing. Saya tiba di satu bagian yang sepertinya terpisah dari bagian lain di Jalan Wangfujing. Cahaya lampu di bagian ini sangat tamaram dan berasal dari jejeran bangunan pertokoan di seberang jalan. Bagian ini agak ditinggikan sekitar 1 meter dimana diatasnya berdiri kokok Katedral Beijing. Bangunan Katedral berjarak sekitar 100an meter dari Jalan Wangfujing dimana bagian depannya yang terbuka dan luas tersebut terhubung langsung ke Jalan Wangfujing. Karena telah malam, pintu-pintu Katedral telah tertutup sehingga saya hanya bisa menikmati keindahan luarnya di malam hari yang seperti berwarna keemasan. Banyak pejalan kaki yang juga mampir dan foto-foto dengan latar bangunan Katedral yang terlihat indah tersebut. Setelah puas mengambil beberapa foto, saya menuruni anak-anak tangga pelataran terbuka Katedral lalu kembali menyusuri Jalan Wangfujing yang terang benderang.

Pedestarian Wangfujing
Saya terus berjalan hingga tiba di suatu kawasan dimana sekelompok perempuan dan laki-laki sedang asyik menari menggunakan kipas diiringi lagu berbahasa Mandarin dari player portable yang diletakan di atas pedestarian tempat mereka sedang menari dengan riang. Kostum dan kipas yang digunakan para penari tersebut berwarna warni. Langkah-langkah mereka maju dan mundur lalu ke kiri dan ke kanan kemudian berputar sambil kipas dibuka dan ditutup dalam berbagai gaya. Kadang di dada, di atas kepala atau bahkan di kaki sambil melakukan gerakan mengangkat sebelah kaki atau menunduk. Gerakan mereka sangat energik, serempak dan indah. "wah tontonan gratis, kata saya dalam hati lalu duduk di salah satu bangku kayu berwarna krem yang terpasang di pinggir pedestarian seperti pembatas antara jalan bagi kendaraan dan jalan bagi para pejalan kaki. Bangku-bangku ini dipasang berjejer dalam jarak tertentu yang menjadi tempat duduk bagi para pejalan kaki yang ingin menikmati suasana Wangfujing. Saya menikmati sajian tarian gratis tersebut sambil duduk di bangku kayu tanpa merasa terganggu oleh para pejalan kaki lain yang juga sedang  hilir mudik di tempat tersebut memakai pakaian-pakaian musim dingin berupa jas atau jaket tebal dan panjang sampai ke betis atau lutut.

Pedestarian Wangfujing
Sekitar 30an menit menikmati pertunjukan tarian gratis di pedestarian jalan Wangfujing, saya meneruskan perjalanan menyusuri lagi jalan Wangfujing. Saya tiba di perempatan kedua yang berjarak sekitar 500an meter dari perempatan pertama tempat saya bertemu penjual jasa pembuatan nama menggunakan huruf Cina. Salah satu jalan di perempatan ini ditutup bagi kendaraan. Hanya para pejalan kaki yang berseliweran di jalan dengan lebar sekitar 30an meter tersebut - yang diapit deretan bangunan toko, mall dan perkantoran. Jalan ini menghadap ke arah saya jika saya terus berjalan lurus sehingga saya menyeberang ke jalan tersebut dan berbaur dengan para pejalan kaki lainnya. Bagian ini mengingatkan saya akan pusat bisnis Ginza di Tokyo, Jepang yang saya jelajahi tahun 2015 dimana sebagian jalan utama selebar 30an meter juga ditutup dan diperuntukan bagi para pejalan kaki serta seniman jalanan dilengkapi berbagai kafe. Kurang lebih sama seperti Jalan Champs-Elysees di Paris, Perancis yang pernah saya kunjungi dan jelajah di tahun 2013 atau Jalan La Rambla di Barcelona, Spanyol yang telah saya jelajahi di tahun 2013 saat menjelajahi berbagai tempat di 8 negara Eropa Barat (lihat catatan perjalanan di Paris dan Barcelona). Jelajah saya di jalan Wangfujing berakhir di stasiun metro Wangfujing yang berbatasan dengan jalan lain yang cukup ramai oleh lalu lalang kendaraan. Di seberang pedestarian yang saya susuri terdapat 2 gang utama yang menjadi tempat para PKL menjual camilan makanan khas Beijing dan juga berbagai souvenir. Karena hari telah cukup larut, saya memutuskan akan menjelajahi kedua gang tersebut esok hari saja.

Katedral Beijing di Wangfujing
Setelah puas menikmati suasana sekitar, saya menyeberang lalu mulai menyusuri kembali Jalan Wangfujing ke arah kedatangan saya, namun di sisi berbeda hingga saya tiba kembali di perempatan tempat saya bertemu laki-laki penjual jasa pembuatan nama dalam tulisan Mandari tersebut. Saya menyeberangi perempatan jalan tersebut lalu kembali menyusuri jalan yang agak tamaram itu kembali ke hotel. Saya mampir di satu toko roti yang masih buka guna membeli roti sebagai persiapan bekal esok hari perjalanan jelajah ke Taman Tiantan dan Kuil Heaven / Temple of Heaven di sisi lain Beijing. Waktu menunjukan hampir jam 10malam waktu Beijing saat saya duduk dalam salah satu restoran di seberang jalan depan hotel. Saya  menikmati makan malam saya ditemani sebotol beer sebelum kembali ke kamar. Minum beer sebetol akan membantu melelapkan saya melewati malam sehingga bisa bangun subuh dalam kondisi segar dan siap melanjutkan jelajah ke Kuil Heaven, Stadion Olimpiade atau yang dikenal dengan nama stadion sarang burung lalu sekali ke Jalan Wangfujing untuk berbelanja souvenir dan makanan eksotiknya.

Bersambung...

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...