Kamis, 22 November 2012

Palangkaraya : Primum and Optimum Remidium

22 November 2012
Sejak kemarin mendengarkan para profesor mengajar para peserta pelatihan, ilmu hukum saya berkembang dengan sendirinya. Prof Muladi, Prof Takdir, Prof Asep, dan sekarang Prof Komariah pada topik tindak pidana korporasi. Korporasi sebagai suatu badan hukum memiliki tanggungjawab sebagai suatu subyek hukum yang harus dimintai pertanggungjawabannya jika perusahaan tersebut melakukan tindak pidana.

Lalu siapa yang harus bertanggunjawab dalam suatu tindak pidana. Semua profesor tersebut sependapat dan sekata. Yang diminta pertanggungjawabnya di depan hukum adalah Dewan Direksi perusahaan yang melakukan tindak pidana. Setiap kebijakan yang diambil oleh suatu korporasi atau perusahaan tanpa memperhitungkan akibat yang ditimbulkan - maka perusahaan tersebut telah melakukan KELALAIAN yang dapat diminta pertanggungjawaban hukumnya. Kelalaian merupakan suatu ketidak hati-hatian tanpa unsur kesengajaan. Pada saat kerusakan terjadi merupakan delik formal, cara membuktikannya merupakan delik materil. Untuk itu, hakim diminta untuk mempelajari semua teknik-teknik pembuktian.

Primum remidium merupakan suatu senjata yang paling ampuh saat ini sampai beberapa tahun ke depan, sampai adanya efek jera. Menurut sang prof. dari pengamatannya dia melihat bahwa keputusan-keputusan yang dijatuhkan tidak belum pernah memenjarakan para pelaku kejahatan lingkungan. Denda yang dijatuhkan pun sangat ringan dibandingkan dengan eksploitasi yang telah dilakukan dan dampak kerusakan yang terjadi.

Primum remidium yakni pemidanaan terhadap para pelaku kejahatan, terutama lingkungan hidup, kehutanan dan lahan gambut seharusnya menjadi patokan satu-satunya dalam penuntutan JPU dan pertimbangan keputusan oleh para hakim. Optimum remidium sudah harus dikesampingkan dari proses-proses perkara pidana kejahatan kehutanan dan lingkungan hidup, korupsi, pencucian uang dll tindak pidana lain sejenis.

Namun, mainstream peraturan perundang-undangan saat ini masih menganut prinsip optimum remidium (pidana merupakan pilihan terakhir setelah upaya-upaya lain tidak efektif). Hal mana menunjukan bahwa para pemikir di balik peraturan perundang-undangan tersebut - yang lalu terejahwantahkan dalam draf peraturan peundang-undangan. Setali tiga uang, para anggota parlemen yang membahar aturan perundang-undangan tersebut juga tidak jeli melihat prinsip tersebut saat pembahasan di parlemen sehingga meminta dilakukan perubahan ke pemerintah yang mengusulkan draf aturan2 tersebut.

Bravo proffessors - all of you are very progressive - ga sia-sia nie habisin waktu ngurus manajemen training yang cukup lama :)

Selasa, 20 November 2012

Palangkaraya - Kota Cantik Nan Sepi

20 November 2012
ini hari ke enam, saya berada di Palangkaraya - Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Keberadaan saya di kota ini cukup lama, yakni dari tanggal 15 - 26 November 2012, karena bagian dari tugas, fungsi dan peran saya sebagai Koordinator Kelompok Kerja Kajian Perundang-Undangan dan Penegakan Hukum REDD+ - yang adalah salah satu proyek UNDP dalam kemitraan dengan UKP4.

Setelah vacum selama 2 bulan lebih sejak selesai memegang posisi sebagai Project Manager ART GOLD Indonesia - yang juga adalah salah satu proyek UNDP, saya akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai Koordinator Kelompok Kerja di SATGAS REDD+ which is scope of workngya lebih sedikit dari AGI. Namun karena membutuhkan pekerjaan guna mendapatkan duit menyelesaikan interior apartemen saya, maka tanpa banyak negosiasi, tawaran gaji yang lebih rendah saya terima dan langsung bekerja.

Awalnya saya melamar sebagai Project Manager SAJI. Sayangnya saya bukan bagian dari lingkaran dalam orang-orang Governance Unit. SAJI berada di bawah Governance Unit (GU) UNDP, usaha saya mendapatkan posisi sebagai PM di proyek tersebut tidak berhasil karena saya melakukannya sesuai aturan dan prosedur, tanpa melakukan PDKT ke orang-orang tertentu di GU yang menangani proyek tersebut. Saya tahu bahwa saya adalah the second best candidate yang lolos seleksi berdasarkan informasi informal. Pilihan pertama adalah preference DGU, namun candidate pertama tidak setuju dengan tawaran GU. Dengan mundurnya candidate pertama yang sangat disukai oleh orang-orang GU, maka terbuka peluang bagi saya sebagai kandidat 2 dan seorang lagi sebagai kandidat ke 3. Setelah menunggu hampir 2 bulan, akhirnya saya mendapatkan khabar dari HR bahwa saya tidak lolos seleksi.

Informaly saya mendapatkan informasi bahwa ketidaklolosan saya tersebut disebabkan oleh sikap dan perilaku saya yang tidak disukai oleh orang2 GU karena terlalu kaku dalam menerapkan aturan2 UNDP. Saya tidak bisa melakukan kompromi dan mentoleransi hal-hal yang bertentangngan dengan nilai, prinsip, aturan dan prosedur UNDP. Hal mana sering menimbulkan kesulitan dalam hubungan dengan pihak luar, terutama aparat pemerintah pusat yang menjadi mitra kerja terdekat proyek-proyek UNDP. Padahal kelancaran pelaksanaan proyek-proyek tersebut sangat tergantung pada relasi dan kompromi-kompromi yang bisa dilakukan. Karena saya adalah kandidat yang tidak disukai oleh user (pengguna) akhirnya posisi tersebut dibekukan dan diiklankan ulang yang lalu mendudukan salah seorang Program Officer di GU sebagai Project Manager proyek tersebut sampai dengan saat ini. Tentu saja hal tersebut sah-sah saja karena telah melewati proses dan prosedur, hanya jika dibandingkan dengan pengalaman kerja saya selama 20 tahun dan kualifikasi saya, rasanya sangat tidak adil dan proses rekrutmen tersebut jauh dari penerapan nilai serta prinsip-prinsip akuntabilitas dan tranparansi yang dianut dan dipromosikan oleh UNDP. Sangat disayangkan bahwa nepotisme dan kolusi seperti itu mencemari nilai dan prinsip2 yg dipromosikan oleh UNDP.

Saya lalu melamar posisi Working Group Coordinator di SATGAS REDD+ yang diiklankan di website UNDP. Tanpa mengenal satu pun orang di proyek tersebut dan juga tanpa katabelece apapun, akhirnya saya lolos seleksi dan ditempatkan sebagai Koordinator Working Group Legal Review and Law Enforcement. Working Group ini memiliki 2 kegiatan utama, yakni Kajian Peraturan Perundang-undangan dan Penegakan Hukum terhadap kasus-kasus yang terkait dengan pelaksanaan INPRES 11/2010 tentang Moratorium. Tugas, peran dan tanggungjawab utama saya adalah memastikan kelancaran kegiatan2 Kelompok Kerja yang secara administrasi dan manajemen sesuai dengan aturan dan prosedur UNDP. Dari 2 pengalaman tersebut, saya menyimpulkan bahwa penerapan nilai dan prinsip2 tranparansi dan akuntabilitas dalam proses rekrutmen sangat tergantung pada para pengambil keputusan di proyek dan unit-unit yang membawahi proyek-proyek tersebut. Jika para pengambil keputusan tersebut memiliki komitmen dan tekat serta konsistensi menerapkan nilai dan prinsip2 akuntabilitas dan transparansi, maka proyek akan bebas dari kolusi dan nepotisme. Namun, jika sebaliknya yang terjadi, maka telah dapat dipastikan bahwa proyek-proyek tersebut sejak awal sampai akhir akan penuh dengan kompromi dan toleransi yang melanggar nilai dan prinsip2 UNDP. Buktinya sangat jelas dalam proses lamaran saya ke 2 proyek yang berbeda dengan hasil akhir yang sangat berbeda.

Salah satu kegiatan penting dari Kelompok Kerja ini adalah serial training bagi penegak hukum dan juga serial seminar hakim tentang pendekatan Multi-door. Satu diantara wilayah tersebut adalah Kalimantan Tengah yang dipusatkan di Palangkaraya. Karena latar belakang tersebut, maka saat ini saya berada di Palangkaraya untuk memberi dukungan2 yang diperlukan bagi kelancaran training tersebut.

Selama 6 hari telah berada di kota ini, saya hanya sempat melakukan wisata kuliner dengan mencicipi makanan khas daerah sini, yakni Ikan Jelawat, Ikan Patin dan Ketupat Kandangan. Makanan yang paling saya sukai adalah ikan jelawat, karena sambalnya yang pedas dan enak luar biasa. Saya lupa tempatnya, namun lokasinya terletak di jejeran kios yang menjual berbagai souvenir bagi turis lokal, nasional dan internasional. Selama acara sejak tanggal 17-25, saya dan teman2 serta para peserta, narasumber, pelatih, fasilitator dan lain-lainya menginap di Hotel Swissbel - yang baru beroperasi selama 4 bulan. Satu-satunya hiburan di hotel ini dan mungkin kota ini adalah kolam renang hotel yang saya gunakan hampir setiap pagi. Walau tinggal di hotel dengan segala fasilitasnya, termasuk makan dan minum yang disediakan sejak pagi sampai malam, namun rasanya sangat membosankan. Satu-satunya kegiatan di luar rutinitas pelatihan dan seminar adalah renang di pagi hari di kolam renang hotel yang lumayan besar dibandingkan dengan kolam renang Fitness First GI tempat saya gym hampir setiap hari saat berada di Jakarta.

Pada hari pertama dan kedua, yakni tanggal 15 dan 16 November 2012, saya telah berkeliling kota Palangkaraya. Kota ini lumayan bersih dibandingkan dengan Kota Kupang tempat kelahiran ku dan Kota Jakarta tempat saya tinggal dan bekerja. Jalan-jalan utama sejak airport sampai hotel terlihat bersih dan lancar karena hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang, apalagi di hari libur serasa jalan tol aja jadinya. Sejauh mata memandang, hanya dataran luas yang nampak. sepertinya tidak ada gunung ataupun bukit di sekitar kota ini. Salah satu obyek wisata yang juga harus dilihat adalah orang utan - yang bisa dilihat di tempat rehabilitasinya ataupun di tempat bebas dengan cara menyusuri sungai di pagi hari. Saat saya menulis tulisan ini, obyek wisata tersebut belum sempat saya jajal. Saya juga sempat shopping sehingga akhirnya belanja batik Kalimantan dan juga cincin yang terbuat dari batu. Katanya baru2 tersebut berasal dari Martapura-Kalimantan Selatan. Harganya lumayan sangat murah sehingga seorang teman mencurigai batu2an tersebut sebenarnya plastik, namun setelah saya dicek lagi dengan teliti, emang batu sebenarnya. Akhirnya saya beli bebera baik yang telah berbentuk cincin yang bisa dipakai, maupun masih berbentuk batu yang telah diasah untuk saya gunakan sebagai mata cincin yang akan saya minta buatin saat telah kembali ke Jakarta.

Okay pembaca, cukup sekian saja dulu yach.
nyambung lagi besok atau hari-hari lain yang akan datang.
Salam sukses. Mr. Jo

Rabu, 09 Mei 2012

TOURIST SPOTS in HONGKONG : NGONG PING


Ngantri masuk ke cabel car

Saat tiba hari pertama tanggal 18 Agustus, waktu hanya dihabiskan di seputaran hotel Ibis di North Point untuk ekplorasi tempat makan dan minum, serta kios2 untuk kebutuhan seperti sabun, sampo, air mineral dan sejenisnya, termasuk urusan pulsa telpon. Bagi pengguna Iphone, akan sangat dimudahkan karena hampir seluruh penduduk kota ini menggunakan iphone, terlihat saat di MRT maupun seputaran hotel dan restoran.
Hari kedua tanggal 19, eksplorasi tempat wisata pun di mulai. Ngong Ping, merupakan tempat kunjungan pertama untuk menikmati pertunjukan kungfu Shaolin yang terkenal, sekaligus mengunjungi the Giant Budha. Akses ke tempat wisata ini menggunakan kereta kabel seperti di Taman Mini Indonesia Indah. Dari hotel ke t4 ini menggunakan kereta ke stasiun Tung Chung. Selain terhubung dengan kereta gantung ke Ngong Ping dan the Giant Budha, stasiun ini juga terhubung langsung dengan mall besar tempat barang murah. Banyak turis tumpah ruah ke mall ini berburu barang murah. Karena Hongkong adalah kota tanpa pajak, maka kaos Giordano yang di Jakarta seharga 250an ribu, di mall ini bisa dibeli dengan harga 15-19ribu rupiah. jadinya setelah puas jalan2 ke Ngong Ping, saat balik seklian belanja2.  
Perjalanan ke Ngong Ping via udara sangat mengasyikan. Melewati laut, bukit dan gunung hijau. Bisa melihat kota Hongkong dan the Giant Budha. sekitar 10 menit, kereta tiba di Ngong Ping, keluar dari kereta, langsung masuk ke toko souvenir.

Pada jam tertentu, tersedia juga pertunjukan teater tentang perjalanan Budha, Kungsu Shaolin dan teater kera. Saya hanya sempat menikmati perjalanan Budha dan Kungfu Shaolin. Pengunjung harus membeli tiket di tempat penjualan tiket masuk ke Ngong Ping, jika ingin menikmati teater perjalanan Budha dan Kera. Kungfu Shaolin dilakukan di panggung terbuka yang tidak memerlukan tiket.


the Shaolin Kungfu
 Setelah menikmati pertunjukan2 tersebut, maka perjalanan diteruskan ke the Giant Budha yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Ngong Ping village. Di Ngong Ping juga tersedia toko2 souvenir yang berjejer rapi menjual berbagai produk dan juga restoran. Hebatnya, tidak ada sampah yang bertebaran ataupun bau pesing seperti tempat wisata kota tua di Jakarta. Tempatnya ditata apik, bersih dan teratur. Perjalanan ke Giant Budha cukup menguras energi karena harus mendaki ratusan tangga untuk tiba di puncak.



Keringat dan lelah udah pasti, namun setiba di puncak, betapa luar biasanya pemandang yang tersaji. Sepoi2 angin musim panas bersama dengan cerahnya udara dan pemandangan spektakuler telah menghilangkan kepenatan pendakian. Tak berasa, sore hari pun tiba, saya bergegas kembali ke stasiun, antri masuk ke kereta gantung yang membawa saya kembali ke stasiun kedatangan untuk selanjutnya kembali menggunakan kereta dari Tung Chung ke North Point.

Selasa, 10 April 2012

HONGKONG : Tourist Spots

Saat tiba di hotel, hari telah malam, karena itu saya memutuskan untuk makan malam lalu beristrahat saja. Eksplorasi Hongkong dimulai keesokan harinya tanggal 19 Agustus 2011. Setelah selesai sarapan, saya keluar hotel lalu mulai eksplorasi daerah sekitar hotel di North Point. Selain stasiun kereta yang hanya berjarak beberapa meter dari Hotel, depan hotel juga terdapat terminal bus yang cukup tenang, tidak sesibuk terminal2 bus di Jakarta. Selain terminal, nampak pula dermaga, tempat kapal2 berlabuh, namun saya hanya mengamati saja tanpa masuk dan eksplorasi lebih jauh. Saya juga menjajaki daerah sekitar untuk mengetahui tempat2 belanja kebutuhan sehari-hari, seperti warung-warung kelontong di Jakarta. Ternyata belanja kebutuhan sehari-hari tersebut dapat dilakukan di Seven Eleven yang betebaran di seluruh Hongkong. Belanja di Seven Eleven juga dipermudah dengan menggunakan Octopus Card yang juga digunakan untuk pembayaran tiket kereta, bus dan trem. Sistem pembayarannya telah terintegrasi sehingga memudahkan para pengguna kartu tersebut untuk membayar transportasi publik dan juga belanja kebutuhan sehari-hari di warung-warung kelontong di seantero Hongkong.

Eksplorasi hari 1 tanggal 19 Agustus adalah tempat wisata pegunungan bernama Ngong Ping Hong. Semua tempat wisata alam dan juga belanja di Hongkong terhubung dengan kereta dan juga bus-bus yang nyaman. Kereta adalah moda transportasi yang paling mudah digunakan oleh turis, karena dengan bermodalkan peta Hongkong yang tersedia di Airport, turis dapat berkeliling ke seluruh Hongkong.

Minggu, 04 Maret 2012

Jawaban yang masuk untuk kuis tanggal 28 Februari 2012

Pertanyaan kuis : JIKA BOS MU BAWEL N NYEBELIN, APA YANG KAMU LAKUKAN?. Jawaban yang masuk dari BB dan FB: 1. Berusaha tetap tenang, selalu bersikap profesional dan berusaha untuk tidak bercerita masalah pribadi dengannya. 2. Ketawa 3. Senyum 4. Tonjok 5. Resiggggnnnnnnnnnn 6. Berdoa dan tumpangkan tangan di kepalanya, supaya roh kudus menjamah bos itu. 7. Ajak dia kencan. 8. Ajak bos lunch dengan menu ikan bawal goreng, pasti dia ga bawel lagi karena takut digoreng kayak ikan bawal. 9. Kiss him, abis bos gue ganteng yooooo 10. Berikan dia senyuman dan katakan terima kasih telah bawelin saya. 11. Ditidurin 12. Tetap sabar dan berdoa supaya bos cepat berubah 13. Sumpalin mulutnya dengan makanan sehingga si bos tidak bisa ngomong lagi (diam mulut terkunci) 14. Mengiyakan di depan si bos, setelah itu memaki maki di twiter dan FB 15. Sesekali bos perlu ditegur, please dont be over sir/madam, saya sudah bekerja sesuai kapasitas bagian saya, saya sudah cukup sadar akan kewajiban saya, jadi please talk less, do more for your team, sir/madam. 16. Konsentrasi di pekerjaan saja. Kalo dibawelin, masukin aja telinga kanan, keluar telinga kiri. Kalo bawelnya bermanfaat, baru diambil hikmahnya. 17. Sabar aja, karena hanya bawahan; sabar aja kale yee! 18. Fitness aja saat pulang kerja 19. Tetap giving my best 20. Lakukan aja kerjaan sesuai SOP 'how much i get, how much i give', masa bodoh dia bawel 21. Be the boss to yourself (jadilah bos untuk diri mu sendiri) oleh Rita Jayusman yang menjadi pemenang kuis. Ada beberapa jawaban yang persis sama, sehingga digabung menjadi 1 jawaban saja dalam catatan ini.

Selasa, 14 Februari 2012

HONGKONG : Fasilitas Transportasi Publik Yg Oke Banget


 
At the Peak - Hk
Setelah sekitar 3 jam, akhirnya pesawat SQ yang saya tumpangi

melayang-layang di langit kota Hongkong. Pulau-pulau kecil yang bertebaran dikelilingi lautan biru dan ombak putih membuih serta tebing-tebing dan perbukitan hijau berpadu dengan jejeran gedung-gedung pencakar langit sangat indah dipandang. Airport Hongkong terletak di pingir pantai yang sepertinya direklamasi khusus untuk itu. Setelah melayang-layang beberapa menit disekitar airport menunggu izin landing, akhirnya pesawat yang saya tumpangi mendarat mulus di kota Bruce Lee dan Jacky Chan tersebut. Penumpang keluar dengan tertib dan berjalan ke area imigrasi bagi non penduduk Hongkong dan Macau. Kounter petugas imigrasi yang tersedia sangat banyak sehingga memudahkan dan mempercepat proses pemeriksaan imigrasi sekaligus mencegah bertumpuknya pengunjung di antrian. Para petugas siap sedia di sekitar antrean, sehingga saat terlihat antrean mulai memanjang, petugas membuka pagar pembatas, lalu mengarahkan sebagian antrean ke konter lain.

Airport station
Keluar dari area imigrasi, para penumpang langsung ke areapengambilan bagasi untuk mengambil bagasi masing-masing yang ternyata telah tiba juga sehingga tidak diperlukan waktu tunggu di area bagasi. Keluar dari area bagasi, saya langsung menuju ke konter tiket MTR yang berada di area airport. Saat itu sedang ada diskon bagi kereta airport-kota PP, sehingga saya hanya perlu membayar 100 dolar HK. Setelah mengantongi tiket kereta, saya lalu beranjak ke area tunggu yang tidak jauh dari konter penjualan tiket. Kereta tersedia setiap 2 menit, sehingga penumpang tidak perlu menunggu lama dan ngantri berpanjang-panjang seperti ngantri taxi di airport Soekarno Hatta. Jam telah menunjukan pukul 6.15 saat kaki ku menapak ke dalam gerbong kereta full AC. Kereta menyediakan akses WIFI terbatas sehingga saya dapat berselancar dalam perjalanan airport ke Central Station. Keretanya sangat bersih dan juga menyediakan TV sehingga penumpang dapat menikmati perjalanan menuju Central Station guna berganti kereta ataupun alat transportasi lain ke tujuan masing-masing. Sepertinya sinar matahari musim panas di Kota ini sama seperti yang saya alami di Roma - Italia, yakni lebih lama dibandingkan lamanya sinar matahari di Jakarta. Saat jam tangan ku menunjukan angka 7, matahari masih bersinar di Hongkong...beda khan ama Jakarta??!!! he he he

Central station
Central Station merupakan station transit bagi hampir semua kereta, baik yang khusus melayani penumpang airport PP ataupun kereta tujuan lainnya - seperti stasion Manggarai ato Gambir di Jakarta gitu d.. tapi dengan fasilitas yang jauh beda bagaikan bumi dengan langit... he he he.... stasiun ini sangat besar, padat dan sibuk dengan lalu lalangnya para penumpang dari berbagai tempat dan menuju ke berbagai tujuan. Namun tidak terlihat antrian yang mengular karena ketersediaan kereta yang sangat memadai dalam interval waktu yang sangat singkat, sekitar 1 - 2 menit doang, sehingga tidak terjadi penumpukan penumpang di stasion. Tiket yang digunakan adalah tiket elektronik sehingga tidak diperlukan petugas khusus pemeriksa tiket di dalam kereta dan juga ti pintu-pintu masuk. Karena penumpang tanpa tiket tidak bisa melewati pintu-pintu masuk-keluar stasion yang hanya dapat diakses menggunakan tiket elektronik tersebut. Di tempat2 tunggu, terpampang dengan jelas rute perjalanan kereta dari stasion keberangkatan ke stasion akhir, termasuk stasion transit bagi penumpang yang akan transit ke tempat tujuan yang tidak dilewati kereta yang akan ditumpangi. Pada hari kedua, saya mencoba transit di beberapa stasion untuk mengetahui keefektifan pengaturannya, dan ternyata harus diacungin dua jempol tuh :)... pokoknya luar biasa d sistem transportasi kereta di Hongkong... ternyata masing-masing stasion memiliki disain motif dan warna-warni cat yang berbeda. Karena penasara, saya akhirnya naik turun di hampir semua stasion hanya untuk pengambilan foto di stasiun-stasiun tersebut.

Guna memudahkan  pergerakan ku selama di Hongkong, maka saya membeli kartu Octopus - sebagaimana disarankan seorang teman dan juga dari informasi yang tersedia di website http://www.discoverhongkong.com/. Kartu Octopus tersebut multi fungsi karena dapat digunakan sebagai tiket elektronik di kereta, bus, trem dan juga toko-toko tertentu, terutama di jaringan 7 Eleven yang berjejer di Hongkong bagaikan warung kelontong di Jakarta :). Saya hanya perlu melakukan isi ulang di konter-konter elektronik isi ulang yang tersedia di semua stasiun kereta di Hongkong, seperti isi ulang pulsa telpon di Jakarta he he he... Di stasiun yang sama, juga dapat dilakukan pengecekan sisa kredit yang tersedia dalam kartu Octopus tersebut. Hanya perjalanan kereta ke dua tempat yang tidak dapat menggunakan kartu Octopus tersebut, yakni PP airport dan ke tempat wisata Disneyland yang menggunakan tiket khusus.

2 minutes walk to the hotel
Hongkong terbagi ke dalam 3 bagian besar, yakni Kowloon, Hongkong Island dan Lantau Island. Ketiganya dapat diakses menggunakan berbagai moda transportasi, termasuk kereta yang disebut MTR. Karena kuatir dengan kualitas hotel2 lokal (budget hotel), maka saya memilih menginap di Hotel Ibis Hongkong di North Point (terletak di Hongkong Island) yang tentunya memiliki standar internasional karena merupakan group ACCOR. Walau terletak jauh dari tempat2 utama Hongkong, namun sangat mudah diakses menggunakan MTR. Hotel tersebut hanya terletak sekitar 10 meter dari stasion MTR North Point yang memudahkan saya berkeliling ke berbagai tempat di Hongkong sejak waktu sarapan jam 7 pagi hingga balik lagi ke hotel di tengah malam karena MTR tersedia sejak jam 4subuh hingga 1 subuh hari berikutnya :). 

Di sekitar hotel juga bertebaran resto dan warung yang memudahkan saya untuk sarapan dan makan malam. Bagi para turis, pihak resto menyediakan menu dalam bahasa Inggris - yang harus diminta, karena tidak disediakan di meja resto. Menu yang tersedia di meja adalah dalam huruf China saja :). just simply asking for menu in English. Para pelayan juga sangat ramah dan penuh senyum. Satu lagi catatan tentang resto di Hongkong adalah porsi makanan yang disediakan sangat banyak.. untuk ukuran makan ku, porsi tersebut harusnya diperuntukan bagi 2 orang... dari pengalaman ku, makanan dengan porsi besar seperti yang saya peroleh tergolong murah. Hanya minuman di Hongkong yang tergolong mahal. Contoh air mineral dalam ukuran yang hampir sama dengan ukuran air mineral di Jakarta, harganya 3 kali lipat harga air mineral kemasan di Jakarta.

oke, koma di sini dulu yach...ntar lanjut lagi ke bagian 3: Hongkong : welcome for tourists

to be continue ......

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...