Kamis, 10 Desember 2015

Perjalananan dan Pengalaman Jelajah Jepang: Osaka, Hiroshima, Miyajima, Kyoto, Nara, Fuji dan Tokyo

Jepang merupakan salah satu Negara termahal di dunia. Namun negara ini juga menjanjikan keindahan dan keelokan tersendiri sehingga banyak traveler memasukan Jepang sebagai salah satu negara yang harus dikunjungi paling tidak sekali.

Jepang sama seperti Bali kata teman saya. Sekali dikunjungi, maka selalu akan ingin kembali lagi. benar kata-kata teman saya tersebut. Setelah mengunjungi Osaka, Hiroshima, Miyajima, Kyoto, Nara, Fuji dan Tokyo pada tanggal 22 - 29 November 2015 menikmati perubahan warna dedaunan di musim gugur, saya ingin kembali lagi ke Jepang pada suatu saat nanti.

Kunjungan ke Jepang memberikan sejumlah pengalaman dan pembelajaran, antara lain:
1. Pengurusan visa bagi pemegang E-passport sangat mudah. Hanya perlu membawa passport, ambil nomor antrian, dipanggil, menyerahkan passport dan menerima tanda terima. Hari berikutnya saya telah bias mengambil visa waiver.
2. Sebelum berangkat saya telah membeli voucer Japan Railway Pass (JR Pass) paket 7 hari. Karena saya menjelajah Jepang selama 8 hari, maka hari terakhir saya menggunakan 1 day pass metro dan subway seharga 100 yen atau sekitar 120 ribu rupiah kurs saat itu. Voucer yang saya beli di Jakarta tersebut langsung saya tukar dengan tiker JR di Airport Kansai. JR Pass tersebut sangat berguna dan biaya transportasi menjadi lebih murah karena selain saya gunakan antar kota di Jepang, saya juga gunakan tiket yang sama di dalam kota untuk tempat-tempat wisata yang dilalui kereta JR. Misalnya Kyoto - Arashiyama PP, Kyoto - Fushimi Inara PP dll.
3. Kota-kotanya bersih dan cenderung sepi! Bebas sampah, bebas bau got dan  bebas hiruk pikuk mobil dan sepeda motor.. Hanya stasiun, terminal dan tempat wisata serta kuil yg penuh sesak dan ramai pengunjung..
4. Hanya ada sedikit mobil yg lalu lalang sehingga jalan2nya cenderung sepi dan lenggang;
5. Motor honda, suzuki, kawasaki dll produk jepang yg memenuhi jalan2 di Indonesia, tidak pernah terlihat di jalan2 Osaka, Hiroshima, Kyoto, Nara dan Fuji. Hanya ada 5 moge yg saya lihat di Tokyo selama 4 hari saya di kota tersebut.
6. Mobil dan motor tidak ada yg parkir di jalan dan gang-gang; hanya ada sepeda 󾌸.
7. Alat transportasi utama adalah kereta, bis dan sepeda. Keretanya terdiri dari Japan Railway/JR dan private company trains, Metro, Subway yg melayani rute dalam kota serta Shinkansen / kereta peluru yg melayani rute antar kota. Bis hanya ada 1 jenis seperti bis PPD non AC di Jakarta. Bis2nya bersih banget. Sopir2nya pake seragam. Tidak terlihat adanya beberapa jenis bis seperti di Jakarta (PPD, Metromini dan Kopaja) tidak ada jenis mobil angkot yg terlihat di jalan, gang pemukiman ataupun pendesaan.
8. Tiket kereta dan bisnya mahalllll banget dibandingkan Jakarta dan Indonesia. Tiket bis sekali jalan rata2 seharga ¥210 atau sekitar 21-23ribu rupiah. Kalo tiket kereta tergantung jarak. Jarak antar stasiun paling dekat (misalnya dari stasiun sudirman ke manggarai) harganya 20an ribu sekali jalan;
9. Selalu berdiri di sebelah kiri saat berada di escalator (tangga berjalan). Sebelah kanan untuk orang yg buru2 atau ingin lewat duluan.
10. Selalu antri dimanapun, termasuk di halte bis. Jangan berdiri berkerumum seperti di Jakarta. Bis hanya berhenti di halte2 yg telah ditentukan sesuai nomor masing2 bis.
11. Pengaturan rute / nama stasiun di Tokyo berbeda dengan Osaka, Hiroshima, Kyoto, Nara dan Fuji. Di Tokyo, nomor yg tertera di sign bord dalam kereta / subway / metro menunjukan waktu tempuh antar stasiun. Di kota2 lain, nomor menunjukan stasiun yg disinggahi..
12. Selesai makan, peralatan makan, termasuk tisu dll yg telah digunakan ditaruh ke tempat yg telah disediakan.
Jangan tinggalan peralatan yg telah digunakan di meja makan.
13. Sangat sedikit t4 sampah di t4 publik seperti stasiun, terminal, warung, tourist spots;
14. Selalu bawa kantong plastik ato kantong kertas tuk sampah sendiri sampe ketemu t4 sampah yg susah banget ditemukan 󾌸;
15. Kantong plastik hitam tidak pernah saya temukan di semua tempat yg saya jelajahi, bahkan kantong sampahnya terbuat dari plastik transparan sama seperti payungnya yg terkenal itu;
16. Jangan nyebrang walau sepi banget saat lampu masih berwarna merah dan harus selalu menyeberang di t4 yg telah ditentukan/diberi tanda. Tidak ada jembatan penyeberangan orang (JPO). Jalan dan bangunan, termasuk terminal dan stasiun semuanya dibuat ramah bagi orang tua, ibu hamil, anak2 dan kaum difabel;
17. Harga makanan, minuman dan transportasi mahalllll berkali lipat dibandingkan Jakarta (contoh air mineral ukuran botol aqua sedang seharga 3ribuan di Indonesia, harganya di jepang 11 - 15ribu; makanan paling murah yg pernah saya makan seharga 60ribuan rupiah terdiri dari semangkok kecil nasi dan beberapa irisan tipis daging sapi/babi kukus 󾍃.
18. Bawa koper kecil aja kalo mo jelajah jepang karena semua t4 penyimpanannya mungil2 󾌸, termasuk locker di sts n terminal, kamar tidur, kamar mandi, t4 tidur, bathtub, sikat gigi dll, termasuk tempat sampah dalam kamar hotelnya mungil banget. Semakin besar t4 yg dibutuhkan, harganya semakin mahal berkali lipat. Kalo mau bawa koper besar, siap2 aja repot sendiri di kereta, bis, escalator, kamar hotel, dll.
19. Selalu bawa tisu basah untuk cebok di toilet publik sept stasiun, terminal n t4 wisata. Semua toilet publik Jepang menggunakan cebok kering pake kertas doang 󾌸;
20. Mayoritas closet di t4 publik menggunakan closet jongkok Jepang (memanjang dgn lekukan ke atas. Digunakan dgn cara jongkok menghadap lekukan dan membelakangi pintu toilet 󾌸;
21. Semua tempat wisata, terutama kuil dan tempat2 terkenak di Jepang sangat penuh dan ramai pengunjung pada jam 9pagi hingga 6malam. Jika ingin dapat foto bagus sebaiknya bangun subuh dan telah ada di lokasi sekitar jam 7/8 pagi ato malam setelah jam 6. Kalau ga, pasti akan selalu ada pengunjung lain dalam foto2 kita 󾌸. Jika tidak ada pilihan, maka coba cari sudut2 yg hanya ada sedikit pengunjungnya 󾌸;
22. Jangan malu bertanya. Walau ada kendala bahasa, orang Jepang ramah dan sangat membantu saat kita menanyakan arah jalan atau alamat. Di beberapa tempat, org yg saya tanya bahkan mengantar saya hingga tiba di t4 yg saya cari..

Bersambung.....

1 komentar:

  1. keep writing ya om Jo, suka banget dengan blognya, sangat menginspirasi

    BalasHapus

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...