Kamis, 16 Oktober 2014

MYANMAR: ONCE UPON A TIME. Bagian V: Dari Yangon ke Bagan

Santai di tepi kolam renang Zfrreti hotel di Bagan
kring... kring...kring... dering bersahutan telpon hotel dan hp membangunkan saya di subuh hari dari kelelapan tidur semalam. "wake up call, sir" demikian suara lelaki dari meja resipsionis. "thanks", balas saya kemudian meletakan kembali gagang telp di tempatnya. Saya bangun dari tempat tidur dan beranjak ke jendela. Tirai jendela saya sibak untuk melongok kembali Pagoda Shwedagon di kejauhan dalam tamaram subuh. Setelah itu, saya beranjak ke kamar mandi lalu sikat gigi dan menyiram tubuh saya dengan air hangat dan dingin berganti-ganti untuk membersihkan tubuh sekaligus menghilangkan ngantuk yang masih menggayut di ujung pelupuk mata. Telah menjadi kebiasaan dalal perjalanan-perjalanan saya, saya selalu merapihkan semua barang bawaan saya pada malam terakhir di suatu tempat kunjungan. Dengan demikian, jika harus check out subuh hari seperti saat ini, maka tidak perlu terburu-buru yang dapat berakibat meninggalkan sesuatu di hotel.

Selesai mandi dan ganti, saya lalu beranjak keluar kamar. Semua lampu saya matikan dan pintu ditutup di belakang saya. Tiba di lantai bawah, saya menghampiri meja resepsionis yang dijaga 2 staf laki-laki. Saya menyerahkan kembali kunci kamar ke salah satu staf yang mengucapkan terima kasih dan menginformasikan kepada saya bahwa taksi yang akan saya gunakan ke airport telah menunggu. Taksi tersebut merupakan taksi yang kemarin saya gunakan berkeliling Yangon. Sebelum berpisah di area Pagoda Shwedagon, saya menanyakan kepada sopir taksi apakah dia bersedia mengantar saya ke airport di subuh hari ini sekaligus kami menegosiasikan biayanya yang kami sepakati sebesar 5000 kyat atau 5 dollar USA. Harga tersebut lebih murah 3000 kyat dibanding saat saya menggunakan taksi dari airport ke hotel sejumlah 8000 kyat.

Jalanan masih dalam kondisi sepi. Hanya beberapa kendaraan yang melintas sehingga perjalanan saya dari hotel ke airport berlangsung dalam waktu sekitar 20 menit saja. Saya diturunkan di terminal domestik, karena saya akan menggunakan penerbangan domestik Bagan Air ke Bagan. Setelah bagasi saya diturunkan, saya memberikan uang pembayaran ke sopir taksi, mengucapkan terima kasih lalu menarik koper beroda saya memasuki bangunan terminal. Walau masih subuh, namun terminal telah diramaikan para calon penumpang berbagai maskapai yang berdiri mengantri di masing-masing konter. Konter maskapai Bagan Air baru akan dibuka 30 menit lagi saat saya menghampiri dan mencari informasi pada seorang staf maskapai yang mengenakan seragam kerja berwarna hijau dan putih, warna yang sama dengan warna pesawat Bagan Air. Karena masih memiliki waktu sekitar 30 menit, saya memutuskan memgambil duit di ATM sekitar airport.

Mesin ATM di Airport Yangon
Seorang petugas security yang saya tanyai tentang lokasi ATM menunjuk ke bangunan terminal internasional yang bersebelahan dengan terminal domestik. Setelah keluar dari terminal domestik, saya hanya perlu berjalan sekitar 25 meter lalu memasuki terminal internasional yang pintunya tidak terkunci. Terminal tersebut sepi, hanya terlihat seorang petugas security  yang berjaga di dalamnya. Saya lalu berjalan menghampiri salah satu mesin ATM yang menurut informasi tertulis di mesin tersebut dapat menerima berbagai jenis kartu ATM. Kartu ATM BNI saya keluarkan dari dompet dan masukin ke mesin ATM tersebut yang menyediakan dua pilihan bahasa, yakni Inggris dan Burma. Saya lalu mengikuti arahan mesin ATM yang kemudian bermasalah karena duit dan kartu ATM saya tidak keluar. Saya hanya mendapatkan tulisan eror di layar mesin ATM serta struck bukti pengambilan yang menujunjukan angka 0 di bagian pengambilan.  Berbagai upaya saya lakukan agar kartu ATM saya bisa dikeluarkan, namun semuanya gagal. Saya lalu berbicara ke satu-satunya security di gedung tersebut. Petugas tersebut berjalan ke satu konter di sebelah mesin ATM yang berjarak sekitar 1 meter - yang sepertinya adalah konter pelayanan para nasabah bank yang mesin ATMnya telah menelan kartu ATM saya. Kami membangunkan seorang perempuan yang sedang tertidur di atas kursi dalam ruang konter.  

Petugas keamanan menjelaskan masalah saya dalam bahasa Burma ke perempuan tersebut yang lalu meminta saya menelpon pelayanan 24 jam bank tersebut melalui nomor telpon yang tertera di mesin ATM. Saya meminta perempuan tersebut menelpon menggunakan HP saya. Setelah tersambung dan berbicara dalam bahasa Burma sekitar 2 menit, perempuan tersebut menyerahkan kembali HP saya sambil menjelaskan bahwa kartu ATM saya baru akan bisa dikeluarkan sekitar jam 10 pagi karena petugas yan gmenurus mesin baru akan masuk kantor pada jam 10an. Saya kembali menjelaskan kepada perempuan tersebut bahwa saya harus berangkat ke Bagan pada jam 7 pagi ini sambil menunjukan tiket saya. Perempuan tersebut lalu berusaha membangunkan seorang rekan laki-lakinya yang sedang tidur bergelung dalam selimut di lantai konter yang telah diberi alas seperti tikat. Sekitar 15 menit berusaha barulah rekannya benar-benar terbangun dan memberikan jawaban yang sama seperti jawabadan petugas call center yang telah ditelpon perempuan tersebut. Walau dongkol dengan situasi tersebut, namun saya mengucapkan terima kasih lalu berjalan ke deretan kursi di ruang tunggu terminal tersebut.
Struck ATM yang menelan ATM saya 

Saya memutuskan untuk menenangkan diri dengan duduk pada salah satu kursi kosong di ruang tunggu tersebut sambil memikirkan beberapa seknario yang paling mungkin bisa saya gunakan dalam kondisi tidak punya uang tunai di Bagan dan Mandalay. Setelah  menenangkan diri, saya lalu menelpon call center 24 jam BNI di Jakarta untuk memblokir kartu ATM saya. Kemudian saya beranjak kembali ke terminal domestik untuk check in. Tiba di terminal domestik, suasana telah semakin ramai. Konter Bagan Air telah dibuka dilayani oleh 2 staf perempuan dan seorang staf laki-laki yang terlihat mengurus bagasi para penumpang. Saya ikut dalam antrian yang telah terbentuk dan secara perlahan terus maju. Tiba di depan konter, saya menyerahkan tiket dan menunjukan koper yang saya bawa untuk ditempatkan di bagasi pesawat. "Only this", tanya petugas perempuan di konter sambil menunjuk koper saya. "yes" balas saya sambil menyerahkan koper tersebut ke petugas laki-laki yang mengurus bagasi. Urusan administrasi check in dan bagasi selesai sekitar 5 menit. Dari konter check in, saya berbalik lalu berjalan ke arah kanan memasuki lorong ke ruang tunggu yang terletak di belakang konter check in.

Singkat kata, saya akhirnya boarding dan berangkat ke Bagan menggunakan pesawat Bagan Air dengan waktu tempuh 1 jam 12 menit - hampir sama dengan waktu tempuh Jakarta - Jogja. Para penumpang dilayani 2 pramugari dan 1 pramugara. Pesawat yang saya tumpangi merupakan pesawat yang masih menggunakan baling-baling dengan jumlah kursi 30an. Penumpang diberi snacks berupa 1 roti dan 1 croisant dan jus jeruk atau cocacola serta kopi dan teh. Langit berwarna biru dengan awan putih yang berarak di sana dan sini sampai pesawat mendarat dengan mulus di Airport Bagan. Saat masih di atas udara wilayah Bagan, kondisinya sangat kontras dengan Yangon yang terlihat hijau  karena masih banyak pepohonan. Wilayah Bagan didominasi warna coklat perbukitan serta hamparan dataran yang luas dalam warna sama. Di perbukitan maupun hamparan datar di bawah terlihat serakan candi dan pagoda dalam berbagai bentuk dan warna - bagaikan berada di atas negeri antah beranta dalam dongeng.

Pada saat kepala saya nongol keluar dari perut pesawat, udara panas berdebu langsung menyergap
Pesawat Bagan Air yang saya gunakan dari Yangon ke Bagan
padahal masih sekitar jam 9 pagi. Airportnya masih sederhana setaraf airport kelas II di Indonesia. Saat tiba dalam bangunan terminal, terlihat dominasi laki-laki berkain longi. Setelah mengambil bagasi, saya lalu berjalan ke pintu keluar. Sebelum tiba di pintu keluar, para turis, termasuk saya tentunya harus mampir di meja petugas yang terletak di samping dalam pintu keluar. Para turis diminta membayar biaya masuk ke tempat-tempat wisata di Bagan, yakni sebesar 15 dollar atau 15.000 kyat per orang. Duit saya semakin susut, pikir saya. Namun tidak ada pilihan sehingga saya membayar biaya masuk tersebut lalu diberi tiket seukuran kartu nama berwarna putih dengan gambar pagoda. Saya beranjak keluar setelah menerima tiket tanda pembayaran sekaligus menjadi izin masuk berkunjung ke berbagai kuil dan pagoda di Bagan yang totalnya berjumlah 3.122. Saya disambut seorang laki-laki tinggi langsing memakai longi dan baju lengan pendek warna coklat. Ternyata lelaki tersebut adalah sopir taksi yang menawarkan jasa mengantar saya ke hotel dengan harga 6000 kyat. Harga tersebut lebih murah 2000 kyat dari informasi yang saya peroleh di internet. Saya mengiyakan tawarannya sehingga koper saya diambil alih laki-laki tersebut sambil berjalan ke taksinya.

Bersama Khwa Khwa pada hari ke 2 saya di Bagan
Bahasa Inggris sopir taksi yang saya tumpangi lumayan bagus sehingga selama perjalanan airport - hotel, saya mendapatkan banyak informasi tentang Bagan, termasuk restoran, tempat penukaran uang dan lainnya. Saya meminta dia mampir di salah satu ATM di tepi jalan yang kami lalui. Saya ingin mencoba menggunakan ATM Bank Mandiri saya, walau saya tahu bahwa saya tidak menyimpan cukup banyak uang di bank Mandiri. Mobil lalu berhenti di satu ATM bank lokal yang terletak di pinggir jalan. Saya lalu masuk dan memasukan ATM Mandiri saya ke mesin ATM lalu  mengikuti arahan bahasa Inggris yang tersedia. Saya langsung terserang panik saat mesin tersebut tidak mengeluarkan sejumlah duit yang ingin saya tarik. Saya mencoba 2 kali lagi namun selalu gagal. 2 laki-laki setempat yang berada di sekitar ATM berinisiatif membantu dengan menyarankan saya untuk mencoba menarik dalam jumlah yang lebih kecil. Saya mengucapkan terima kasih kepada mereka
lalu mencoba lagi dan ternyata berhasil. Mereka tertawa senang saat melihat saya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Saya kembali ke taksi dengan perasaan gembira yang saya tularkan ke sopir taksi. "The machine is great" kata saya dengan senang ke sopir. "I could take money from it", dilanjutkan dengan cerita tentang ketidakberuntungan saya dengan mesin ATM di airport Yangon. Saat tiba di hotel dan bisa mengakses wifi, saya langsung mengirim bbm ke staf keuangan kantor untuk mengirim transfer duit bulanan saya ke bank Mandiri saja, tidak ke BNI.

Masih dalam perjalanan menuju hotel, sopir taksi memberikan kartu namanya serta menawarkan jasa mengantar saya ke berbagai tempat wisata yang akan saya kunjungi. Harga jasa jemput berkeliling dan antar kembali ke hotel adalah 22.000 kyat untuk setengah hari dan 35.000 kyat selama 1 hari yakni dari pagi sekitar jam 8 sampai dengan sunset. Setelah selesai sunset barulah saya diantar kembali ke hotel. Pada kartu yang saya terima tertulis nama KHWA KHWA diucap COCO, namun saya lebih suka mengucapkannya menjadi JOJO yang mirip dengan nama panggilan saya Jo. Kelihatannya Khwa Khwa tidak keberatan dengan panggilan Jojo yang saya gunakan kepadanya sehingga kami semakin akrab. Saya utarakan ke Khwa Khwa bahwa saya juga ingin membeli longi sebagai oleh-oleh serta ingin memotret para bhiksu di pagi hari saat mereka mencari donasi makanan dari umat. Khwa Khwa menginformasikan kepada saya bahwa saya bisa mendapatkan longi dengan harga murah di pasar lokal setempat (hanya ada satu). Memotret para bhiksu juga bisa dilakukan di lokasi yang sama, yakni di jalan depan pasar. Khwa Khwa juga menginformasikan kepada saya restoran dan warung makan yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel.

Zfrreti Hotel - tempt saya menghabiskan 2 malam 3 hari di Bagan
Tak lama kemudian, taksi telah tiba di depan hotel Zfrreti yang saya booking. Sebelum turun, Khwa Khwa sekali lagi menanyakan persetujuan saya apakah akan menggunakan jasanya mengantar saya berkeliling?. Secara diplomatis, saya mengatakan akan meminta staf hotel menghubungi dia setelah saya beristirahat beberapa menit di hotel dan mengatur rute kunjungan saya. "okay, I will be waiting for your call from the hotel", katanya mengakhir pembicaraan kami karena telah tiba di depan hotel. Saya turun dan berjalan ke meja resepsionis yang terletak di bagian kanan dalam teras hotel yang terbuka ke jalan. Khwa Khwa menyusul sambil membawa koper saya yang kemudian diambil alih salah satu staf hotel. Saya mengucapkan terima kasih sambil tersenyum ramah ke Khwa Khwa yang membalas dengan anggukan dan senyum lebar dan berlalu meninggalkan teras hotel kembali ke taksinya yang diparkir di depan hotel.

Kolam renang Zfrreti Hotel - Bagan 
Saya menjelaskan ke resepsionis bahwa bookingan saya adalah untuk besok, bukan hari ini. "It is okay, we still have room for you today. Howver, as you are coming in directly without booking for today, you have to pay 5 dollars additional charge" kata resepsionis tersebut. "It means you have to pay 55 dollar for today and another 50 dollar for the room that you have already booked online" lanjutnya. "Okay, I pay it accordingly", balas saya sambil mengeluarkan uang 100 dollar ditambah 5000 kyat yang saya serahkan ke resepsionis perempuan tersebut. Dalam hati sebenarnya saya heran, mengapa booking online lebih murah harganya daripada go show seperti saat ini. Namun menyadari bahwa itu aturan yang hanya dijalankan oleh mereka sebagai staf, maka saya hanya bertanya-tanya dalam hati.

Setelah administrasi hotel selesai, saya menyempatkan diri duduk beristrahat beberapa menit di teras sambil mengamati interior hotel dan
Jalan penghubug ke kamar-kamar Zfrreti Hotel - Bagan
menikmati jus jeruk yang disediakan hotel sebagai welcome drink. Di sebelah kiri - berlawanan posisi dengan meja resepsionis terdapat kolam renang - yang tidak sempat saya nikmati selama menginap 2 malam 3 hari di hotel tersebut. Di belakang antara batas teras dan bangunan kamar-kamar hotel terdapat 1 mesin ATM yang hanya beroperasi pada siang hari sehingga memudahkan saya mengambil uang tunai. Setelah menhabiskan minuman dan menerima kembali passport yang telah difotocopy oleh staf hotel, saya lalu meminta salah satu staf yang memakai baju lengan pendek putih dan longi hijau kotak-kotak mengantar saya ke kamar 310 di lantai 3 hotel tersebut. Saya juga meminta dibookingin pedati/dokar yang akan saya gunakan berkeliling hari ini. Saya memutuskan akan menggunakan taksi Khwa Khwa esok hari saja sehingga saya bisa mencoba moda transportasi yang berbeda.

Bersambung ke bagian VI : Keliling Bagan

Salah satu interior langit-langit teras Zfrreti Hotel - Bagan
Interior teras Zfrreti Hotel - Bagan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...