|
Puncak Lawang |
Setelah meliuk-liuk naik turun bukit dan lembah melewati perkampungan, hutan, persawanan hingg kebun-kebun rakyat dengan berbagai jenis tanaman, saya dan Jasman akhirnya tiba di ketinggian perbukitan Danau Maninjau bernama Puncak Lawang guna menikmati sang Danau dari ketinggian. Kami tiba sekitar jam 12 siang. Untuk memasuki lokasi menikmati danau Maninjau dari tempat saya dan Jasman saat ini berada, kami membayar tiket masuk bagi pengunjung dan juga mobil di loket gerbang masuk yang terletak di tepi jalan raya sekitar 100an meter dari tempat menikmati Danau Maninjau di ketinggian ini. Tempat perhentian kami telah dikelola dengan baik terlihat dari kebersihan dan kerapihannya. Di tempat tersebut tersedia juga penginapan dan toilet bagi pengunjung. Sayangnya langit di atas Danau Maninjau dan sekitarnya sedang berkabut sehingga foto-foto terbaik yang ingin saya abadikan dari kunjungan ke tempat tersebut tidak terdokumentasikan. Serombongan pengunjung terdiri dari beberapa perempuan dan laki-laki paruh baya nampak asyik
|
Danau Maninjau dari Puncak Lawang |
menikmati danau dari ketinggian sambil sibuk foto sana foto sini. Di sisi lain yang agak jauh tampak pasangan-pasangan kekasih duduk menyendiri berbisik mesra sambil menatap ketenangan air danau nun jauh di bawah. 2 ibu penjual kaos oleh-oleh duduk tak jauh dari lokasi pandang tersebut sibuk mengatur barang dagangan mereka.
Saya berusaha terus mengambil beberapa foto dan juga bergantian dengan Jasman memotret diri masing-masing mendokumentasikan kunjungan kami ke tempat tersebut. Udara terasa sejuk karena langit sedang berawan dan juga tiupan angin sepoi-sepoi. Saya duduk dan berbaring beberapa menit di lokasi pandang tersebut menikmati suasana adem seperti ingin tidur saja di tempat tersebut. Setelah puas menikmati suasana, saya bangun dan berjalan-jalan mengamati tempat tersebut, termasuk memotret bunga-bunga khas
|
Danau Maninjau dari Puncak Lawang |
daerah pegunungan yang tentunya hanya tumbuh di dataran tinggi seperti lokasi saya berada saat ini. Di samping bangunan penginapan terdapat bangunan lain sepertinya rumah penjaga lokasi tersebut berdampingan dengan toilet umum - yang saya gunakan secara gratis. Sekitar satu jam menikmati suasana sekitar dan Danau Maninjau dari ketinggian, saya mengajak Jasman turun untuk kembali ke Padang sebagaimana rencana yang telah disusun 2 hari lalu. Perut juga mulai terasa lapar, sehingga dalam perjalanan turun ke jalan raya menuju Padang, kami mampir di satu rumah makan Padang yang terletak di pertigaan jalan ke Puncak Lawang yang telah kami kunjungi, jalan ke Danau Maninjau - yang menurut Jasman sekitar 30 menit dari pertigaan tersebut - serta jalan ke Padang melalui wilayah Padang Pariaman. Setelah mengisi perut di rumah makan tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Padang dengan tujuan mengunjungi Pantai Air Manis tempat kapal Malin Kundang yang karam serta mengunjungi Teluk Bayur sebagai penutup hari dan perjalanan saya ke tempat-tempat menarik di Sumatera Barat selama 2 hari.
|
Reruntuhan Kapal Malin Kundang di Pantai Air Manis |
Perjalanan menuju Pantai Air Manis dan Teluk Bayur harus melalui Kota Padang, karena itu saya dan Jasman kembali ke Kota Padang melalui jalur Padang Pariaman. Kami tiba di Kota Padang sekitar jam 4 sore. Saya mengatakan ke Jasman agar kami mengunjungi Pantai Air Manis terlebih dahulu kemudian menutup hari dengan kunjungan ke Teluk Bayur. Pantai Air Manis dan Teluk Bayur hanya berjarak sekitar 30 menit dari Kota Padang. Di suatu pertigaan luar Kota Padang, Jasman membelokan mobil ke arah kanan menyusuri jalan beraspal bagus yang lebih sempit dari jalan utama yang telah kami lalui dari Kota Padang. Jalan mulai mendaki dan meliuk mengikuti kontur perbukitan menuju puncak, lalu turun menuju Pantai Air Manis yang terletak di sebelah bukit yang kami susuri. Saat tiba di puncak, Jasman menghentikan mobil sejenak ditepi jalan guna memberikan kesempatan pada saya memotret satu pulau kecil di tengah lautan bagaikan dalam
|
Suasana Pantai Air Manis |
lukisan para ahli lukis.
Setelah itu mobil kembali melaju menuju pantai nun jauh di bawah sana. Sebelum bertemu pantai, kami melewati suatu kampung yang dipenuhi rumah penduduk dan fasilitas sosial beserta papan-papan penunjuk jalur evakuasi jika terjadi bencana seperti gempa ataupun tsunami. Kami melewati gerbang yang dijaga petugas penjual karcis masuk. Setelah membayar 10ribu rupiah, mobil memasuki area pantai terbuka menuju jejeran pohon kelapa mencari tempat parkir diantara kendaraan lain yang telah terlebih dahulu tiba. Pantainya sangat landai dan terbuka. Pengendara mobil dan motor bebas mencari tempat parkir hingga tepian air. Bahkan ada yang hanya mengendari kendaraanya berputar-putar di pantai tersebut diantara pengunjung lain yang berjalan kaki dan bermain air dan mandi sinar matahari siang menjelang sore.
|
Suasana Pantai Air Manis |
Saya turun dari mobil dan berjalan ke kerumunan pengunjung yang sedang memadati lokasi karamnya kapan Malin Kundang. Setelah melewati satu jembatan kecil dan para pedagang yang berjejer di tepian pantai bagian tersebut, saya tiba di lokasi kapal karam itu. Masih banyak sisa-sisa kapal yang telah membatu seperti guci air, tali temali hingga kayu-kayu kapal. Antara percaya dan tidak saya hanya bisa terpana mengaggumi reruntuhan kapal dalam cerita legenda Malin Kundang tersebut. Setelah mengambil foto dan berjalan-jalan menikmati suasana sekitar, akhirnya saya memutuskan kembali ke mobil guna meneruskan perjalanan ke Teluk Bayur untuk mendapatkan sunset di teluk tersebut daripada di Pantai Air Manis karena terlihat sunset masih sekitar 1 jam lagi dari posisi
|
Sisa-sisa Kapal Malin Kundang |
ketinggian matahari saat ini.
Mobil kembali menelusuri jalan yang telah kami lalui sebelumnya. Setelah tiba di puncak, jalan mulai menurun hingga tiba di pertigaan jalan utama. Mobil berbelok ke kanan menelusuri jalan utama sekitar 20an menit. Dermaga Teluk Bayur dipenuhi kapal yang sedang berlabuh maupun sedang bongkar muat barang. Mobil terus melaju lurus menuju perbukitan di atas Teluk Bayur hingga tiba di suatu restoran di atas bukit atau tepi tebing yang menyediakan view Teluk Bayur di bawah. Air laut hanya beriak kecil karena tertiup angin sepoi-sepoi sore. Beberapa perahu nelayan terlihat melaju kembali dari
|
Teluk Bayur menjelang sunset |
lautan menuju pelabuhan. Beberapa kapal terlihat berlabuh di lautan lepas. Saya duduk melepaskan lelah menunggu sunset menjelang di horison. Suasana sekitar sangat tenang walau kendaraan bermotor terus melaju di jalan depan restoran, namun suaranya tidak terdengar oleh saya karena seluruh perhatian dan energi saya terserap oleh keindahan tiada tara di bawah sana. Matahari terus bergerak perlahan menuju Barat menciptakan warna-warna yang terus berubah dari putih pucat, kekuningan, kuning dan jingga hingga akhirnya menghilang di kejauhan. Cahaya matahari yang hilang berganti pendaran lampu-lampu kapal dan perumahan di sekitar pelabuhan. Setelah mengambil puluhan foto, saya
|
Teluk Bayur saat sunset |
akhirnya duduk santai menikmati keelokak lembayung senja Teluk Bayur hingga kegelapan malam memaksa saya dan Jasman harus kembali ke Kota Padang. Saya tiba di Hotel Ibis Padang sekitar jam 7 malam guna menghabiskan malam menunggu esok hari kembali ke Jakarta.
Indonesia negeri yang indah, elok dan kaya. Semuanya ada di negeri tercinta ini.
INDONESIA KEREN ABISSSS!!!.
|
Teluk Bayur saat sunset menghilang |
Ketika berkunjung ke danau ini, tepatnya menginap di homestay deket danau. Di pagi hari, kita dapat melihat pemandangan dari danau tersebut. Indah banget.
BalasHapusHomestay yg di puncak bukit ya?
Hapus