Menunggu bis depan hotel Holiday Inn Express |
Selesai sarapan jam 6.45 pagi, saya lalu beranjak ke luar hotel membawa serta koper dan ransel berisi kamera, copy paspor serta buah-buahan. Saat keluar ke halaman, saya melihat 6 orang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris namun berwajah asia. Hanya 1 laki-laki berwajah dan berpostur Eropa. Saya berjalan menghampiri mereka. Seorang perempuan menyapa terlebih dahulu dalam bahasa Indonesia sehingga kami lalu berkenalan dan melanjutkan percakapan dalam bahasa Melayu dan Inggris, karena perempuan tersebut berasal dari Malaysia. Zainab namanya yang mengikuti tour bersama seorang temannya bersama Hanni. Selain kedua teman baru saya yang berasal dari Malaysia, dalam rombongan tersebut juga ada seorang ibu dan anak dari Singapura dan sepasang suami istri dari London (suami orang Inggris, sedangkan istri berasal dari Philipina). Rombongan kami menunggu bis yang akan menjemput di hotel ini sebagai titik pertemuan kedua. Dalam berbagai komunikasi dengan agen tour maupun di website www.expatexplore.com tertulis bahwa tempat penjemputan di London terdapat di 2 titik, salah satunya adalah di hotel Holiday Inn Express di Greenwich - yang kemudian ternyata sangat aksesibel menggunakan bus maupun kereta bawah tanah / tube. Matahari bersinar terang sehingga kami ngobrol sambil saya duduk di atas sebuah batu di lokasi tersebut sekalian berjemur guna mengurangi hawa dingin yang sangat menggigit kulit.
Bis yang digunakan saya dalam tour London - Amsterdam |
Setelah acara perkenalan selesai, tour leader menginformasikan berbagai fasilitas, termasuk toilet (yang hanya digunakan saat benar-benar darurat saja), sampah dan juga fasilitas hiburan. Setelah itu, masing-masing anggota rombongan menerima 1 tas punggung kain berwarna merah bertulisan expatexplorer. Dalam tas tersebut terdapat berbagai informasi terkait perjalanan - yang sebenarnya telah saya terima melalui email saat, termasuk hotel di kota-kota yang akan dikunjungi, notes, balpoin, penyanggah leher yang ditiup saat akan digunakan atau dikempiskan dan dilipat saat tidak digunakan, mantel hujan dari plastik tipis yang terbungkus dalam pembungkus berbentuk bola warna merah sebesar 1 genggaman tangan orang dewasa, 1 bungkus coklat dan 1 bungkus biskuit. Informasi lain adalah bahwa sopir bis harus selalu mengambil istrahat setiap 2,5 atau 3 jam maksimum perjalanan yang merupakan standar aturan bagi para sopir bis di Eropa. Waktu istrahat bagi sopir sekaligus waktu istrahat bagi rombongan untuk ke toilet atau sekedar keluar dari bis guna menghirup udara segar dan meluruskan badan di tempat-tempat istrahat - semacam tempat singgah istrahat di sepanjang jalan tol Jakarta - Bogor atau Jakarta-Bandung. Tempat-tempat istrahat tersebut merupakan semacam one stop service yang menyediakan berbagai barang seperti souvenir, wine, coklat serta minuman dan makanan. Waktu istrahat hanya 15 menit, untuk itu bagi yang terlambat kembali ke bis akan dikenai hukuman berupa menyanyi di depan bis. Tour leader juga menginformasikan adanya 2 rute dan penyeberangan ke Prancis, yakni menggunakan ferry atau kereta. Untuk perjalanan kami pagi ini, penyeberangan ke Prancis akan menggunakan kereta - tidak menggunakan kapal ferry dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu. Untuk perjalan balik baru akan menggunakan ferry. Oleh karena saya telah memutuskan untuk memisahkan diri di Belanda, maka tentunya saya tidak bisa menikmati perjalanan balik ke London menggunakan ferry yang akan ditempuh dalam waktu sekitar 90 menit tersebut.
Tiada terasa, bis telah tiba diperbatasan Inggris dan Prancis. Tour leader lalu turun menemui para petugas imigrasi - yang tidak melakukan pemeriksaan ke atas bis. Mereka hanya bercakap-cakap dengan tour leader di pos pemeriksaan sambil memeriksa dokumen yang diserahkan tour leader. Saya yang berharap mendapatkan cap Perancis di passport harus kecewa karena para petugas tidak melakukan prosedur pemeriksaan dan juga validasi visa dan passport. Namun tidak apa karena perjalanan lancar-lancar saja. Tidak sampai 5 menit di pos pemeriksaan, bis telah maju menuju wilayah Perancis. Setelah tiba di wilayah Perancis,
Tugu Perbatasan Inggris - Perancis |
Tepat 15 menit waktu istrahat selesai, semua anggota rombongan telah berada dalam bis. Tour leader kemudian berjalan dari depan ke belakang menghitung anggota rombongan - lalu memberikan kode ke sopir untuk menjalankan bis saat hitungan menunjukan semua anggota rombongan telah berada dalam bis. Sambil bis berjalan, tour leader berdiri dan menceritakan sejarah Perancis serta hubungan antara kedua negara, Inggris dan Perancis. Kami juga diinformasikan tentang rute ke Paris akan melalui terowongan bawah laut menggunakan kereta khusus bagi kendaraan - dimana saat bis kami telah berada di dalam kereta, maka AC bis akan dimatikan - karena merupakan suatu peraturan. Untuk itu rombongan diminta pengertiannya. Bis akan berada dalam kereta yang melalui terowongan bawah laut tersebut selama 45 menit. Pada saat itu, anggota rombongan dapat keluar dan berjalan-jalan di atas kereta. Namun, selama perjalanan dalam terowongan, semua anggota
Prasasti di Tugu Perbatasan Inggris-Perancis |
Sekitar 2,5 jam dari tempat istrahat di perbatasan Inggris-Perancis, bis lalu berhenti di suatu tempat peristrahatan guna makan siang bagi semua penumpang, termasuk sopir. Waktu istrahat makan siang lebih lama, yakni 30 menit dibanding waktu istrahat untuk ke toilet atau sekedar menghirup udara di luar bis, yakni hanya 15 menit saja. Makan siang dilakukan di restoran bergaya prasmanan sehingga pengunjung memilih dan mengambil sendiri jenis makanan dan minumannya lalu antri ke kasir, bayar kemudian memilih meja dan kursi untuk makan. Pembayaran dapat dilakukan dengan kartu debit atau kredit atau cash. Saya memilih menggunakan kartu kredit sehingga uang cash saya bisa disimpan bagi kebutuhan lain yang harus dibayar menggunakan cash. Selesai makan, peralatan makan saya membereskan peralatan makan minum saya lalu menaruhnya ke tempat piring dan gelas kotor yang tersedia - pengunjung lain juga melakukan hal yang sama. Hanya ada 2 pelayan perempuan berseragam yang lalu lalang mendorong troli tempat peralatan makan minum yang telah kotor tersebut ke tempat cuci. Karena itu masing-masing mengunjung mengurus dirinya sendiri sejak memilih makanan dan minuman, membayarnya di kasir, memilih meja serta membereskan peralatan kotor setelah selesai makan.
1 jam sebelum tiba di Paris, tour leader membagikan peta kota Paris, termasuk rute kereta dalam kota (Metro) dan mulai cuap-cuap menginformasikan berbagai hal tentang Perancis dan Paris, termasuk sejarah perkebangan kota, tempat-tempat kunjungan, tempat belanja murah dan mahal, tips dan triks menghadapi para kriminal di tempat-tempat wisata yang menjadikan para turis sebagai sasaran mereka, dll. Sore hari sekitar jam 4, kami tiba di hotel Forest Hill Paris la Villette yang terletak di pinggiran kota Paris namun sangat aksesibel menggunakan Metro (seperti comuterline di Jakarta) yang menjangkau seluruh kota Paris. Tour leader juga menawarkan 2 tempat kunjungan yang diorganisir oleh tour
suasana dalam kereta penyeberangan Inggris - Perancis |
Hotel Forest Hill Paris la Villette terletak di 28Ter Avenue Corentin Coriou Paris (www.foresthill-hotels.com). Harga 1 kamar per malam berkisar 1,7 - 3,5 juta tergantung peak atau low season saat kunjungan. Di pertengahan hingga akhir bulan Agustus, harga per malam ada di kisaran 1,7 juta per malam. Hotel terletak di pinggir jalan berhadapan dengan jejeran restoran "murah meriah" di seberangnya sehingga memudahkan orang-orang yang nginap untuk mencari makan di luar hotel. Di sebelah kiri hotel ada satu taman yang sangat luas tempat orang-orang berkumpul memainkan dan menonton pertunjukan musik jazz. Sebelah kanannya adalah perempatan yang tidak terlalu ramai. Sekitar 50 - 75 meter dari perempatan tersebut terletak stasiun Metro
Perbatasan Inggris - Prancis |
Kemudahan mengikuti tour seperti ini adalah bis menurunkan saya di depan hotel lalu tour leader yang mengurus check in dan kunci-kunci kamar. Sekitar 5 menit turun dari bis, masing-masing anggota rombongan mendapatkan kunci kamarnya - yakni twin shared beds (2 tempat tidur per kamar). Guna mempercepat waktu masuk ke kamar masing-masing sehingga waktu istirahat lebih panjang, maka para anggota rombongan sepakat penggunaan lift per lantai bagi anggota rombongan yang menginap di kamar-kamar pada lantai yang sama - cara ini digunakan oleh rombongan di setiap kota yang dikunjungi. Rombongan diberikan waktu 1 jam untuk beristrahat, mandi, ganti serta mempersiapkan diri untuk tour di sore sampai dengan malam hari.
Bersambung ke KELILING PARIS, City of Love.