Tulisan Kelima
Setelah urusan visa ke dua negara, yakni Inggris dan Italia (untuk negara-negara Uni Eropa yang menggunakan visa Schengen), maka persiapan fisik dan kebutuhan lain pun dimulai. Karena berbagai informasi online menasehatkan jangan meletakan semua barang berharga dalam 1 kantong, maka saya menyempatkan diri membeli tas pinggang tipis untuk penyimpanan uang tunai dan copy passport untuk penggunaan seketika saat dibutuhkan. Passport asli dan duit lainnya saya simpan dalam ransel. Copy semua dokumen perjalanan juga saya siapkan dalam 1 map dan simpan di koper untuk antisipasi kejadian tidak terduga, atau tindak kejahatan. Saya juga membeli sejumlah celana pendek dan kaus mengingat waktu kunjungan adalah musim panas di Eropa. Saya juga membekali diri dengan obat-obatan, terutama untuk diare, luka dan juga kelelahan di kaki dan betis yang pasti akan terjadi karena kunjungan ke berbagai obyek wisata di kota-kota yang akan saya kunjungi. Pakaian, termasuk topi dan syal yang akan dibawah pun dipilih yang benar-benar diperlukan sehingga tidak telalu memberatkan dan bisa dibawah dalam 1 koper saja untuk memudahkan perpindahan berbagai alat transportasi.Penyiapan fisik juga saya lakukan dengan terus mengintensifkan olahraga di gym yang telah biasa saya lakukan. Selain angkat beban untuk melatih fisik, saya juga semakin giat mengikuti kelas berbagai jenis yoga dan pilates untuk melatih kelenturan dan ketahanan tubuh. Makanan dan minuman juga saya perhatikan dan seleksi untuk mencegah sakit, terutama sakit perut karena perut saya sensitif terhadap makanan pedas dan asam. Fisik dan mental saya siapkan dengan matang, selain barang bawaaan dan juga obat-obat telah siap 2 minggu sebelum tanggal keberangkatan.
Jam 8 malam tanggal 22 Agustus 2013, menggunakan taxi blue bird saya bertolak dari rumah di Matraman ke Bandara Soekarno Hatta, terminal 2E untuk keberangkatan Internasional. Saya tiba sekitar jam 9malam, dimana antrian di berbagai konter telah mengular. Saya lalu mengikuti antrian di salah satu konter online check in, karena menggunakan fasilitas check in online yang disediakan oleh Emirates, saya telah melakukan check in sebelumnya melalui internet. Saya hanya perlu melapor lagi dan menyerahkan koper untuk disimpan di bagasi pesawat. Ternyata calon penumpang yang melakukan online check ini juga lumayan banyak, sehingga saya harus sabar mengantri. Sambil antri dan menepis kebosanan dalam antrian yang panjang dan padat, saya bermain-main dengan iphone yang tidak pernah lepas dari tangan sambil sesekali mengamati berbagai tingkah pola para pengantri dari berbagai suku bangsa dan bahasa dengan berbagai gaya masing-masing. Akhirnya giliran saya tiba di depan petugas konter, saya menyerahkan bukti online check in dan passport saya untuk diproses lebih lanjut. Akhir dari proses adalah ketika saya menerima boarding pass dengan nomor kursi 47E, berangkat jam 00.40 tanggal 21 Agustus, alias subuh hari. Setelah itu saya berjalan dan mengantri ke bagian pemeriksaan passport dan visa yang tidak terlalu panjang antriannya. Sekitar 5 menit kemudian, passport daya telah mendapatkan cap petugas sebagai tanda persetujuan yang membuat saya bisa melewati batas pemeriksaan dan masuk ke area menuju ruang tunggu. Karena waktu masih menunjukan jam 11 malam, maka saya mampir dulu di starbuck cafe menyeruput segelas coklat panas dan sepotong kue coklat hangat. 45 menit kemudian saya beranjak ke ruang tunggu, namun ternyata pesawat yang akan saya tumpangi tidak dapat berangkat sesuai jadwal, yakni 00.40 pagi waktu Jakarta dengan perkiraan waktu tiba di Dubai pada jam 05.30 pagi waktu Dubai untuk transit dan melanjutkan dengan penerbangan 07.45 pagi dari Dubai dengan perkiraan waktu tiba di London pada jam 12.15 siang.
Masalah dimulai, ketika pesawat yang saya gunakan dari Jakarta ke Dubai tidak dapat berangkat sesuai jam keberangkatan yang tertera di boarding pass. Selain bosan dan gelisah menunggu dalam ketidak-pastian, saya mulai memikirkan dampak lanjutan keterlambatan tersebut ke penerbangan lanjutan saya dari Dubai ke London. Akhirnya ketidakpastian penantian tersebut, berakhir dengan pemanggilan bagi para penumpang untuk boarding pada jam 1.45 subuh dengan perkiraan pesawat akan berangkat dari Jakarta ke Dubai pada jam 2.30 pagi. Secara otomatis keterlambatan penerbangan dari Jakarta mempengaruhi penerbangan lanjutan saya dari Dubai ke London yang direncanakan berangkat 07.45 pagi tanggal 21 Agustus dari Dubai Airport yang akan tiba di Heatrow Airport pada jam 12.15 siang tanggal yang sama. Saat pesawat Emirates dengan nomor penerbangan 359 yang saya tumpangi tiba di airport Dubai pada pagi hari tanggal 21 Agustus 2013, pesawat yang akan saya tumpangi ke London telah berangkat.
Transit di Ariport Dubai cukup memakan waktu, karena harus berpindah dari terminal kedatangan ke terminal keberangkatan. Setelah keluar dari pesawat, saya menaiki bus yang telah disediakan Emirates untuk mengantar para penumpang ke terminal kedatangan. Tiba di terminal kedatangan, saya mencari konter Emirates untuk melapor dan mendapatkan pergantian pesawat, sekalian dengan boarding pass Dubai London, karena boarding pass yang telah saya peroleh di Jakarta secara otomatis tidak berlaku. Setiba di konter, saya harus antri namun beruntunglah antrian yang saya ambil tidak terlalu panjang. Setelah tiba di depan konter, saya lalu menyerahkan boarding pass dan menjelaskan bahwa saya harusnya berangkat menggunakan pesawat yang nomornya tertera di boarding pass tersebut. Petugas konter menginformasikan kepada saya, bahwa pesawat tersebut telah berangkat sesuai waktu yang tertera di boarding pass, karena itu saya akan diberangkatan dengan pesawat berikut pada jam 09.30pagi. Saya bertanya apakah tidak ada pesawat yang waktunya lebih dekat, sehingga saya bisa segera berangkat karena mempertimbangkan jadwal yang telah saya susun untuk kunjungan ke beberapa tempat saat tiba di London pada siang hari tanggal 21 Agustus 2013. Petugas menjawab bahwa pesawat yang akan saya tumpangi berikut adalah pesawat yang paling pagi akan ke London. Dia menambahkan bahwa saya cukup beruntung langsung mendapatkan penerbangan berikut, dibanding penumpang lain yang harus menunggu hari berikut. Saya lalu mengucapkan terima kasih kepadanya lalu meminta petugas tersebut untuk memproses lebih lanjut pergantian pesawat yang akan saya tumpangi. Akhirnya saya mendapatkan boarding pass pengganti denan kursi nomor 60E. Saya bersyukur bisa langsung berangkat pada hari dan tanggal yang sama. Tidak terbayangkan jikalau harus tertunda ke hari berikutnya, maka jabwal kunjungan yang telah saya susun dengan teliti pasti akan kacau balau.
Setelah mendapatkan boarding pass untuk penerbangan berikut menggunakan pesawat Emirates nomor EK 029, saya lalu mencari jalan menuju terminal keberangkatan. Saya masih sempat mengamati gedung tempat saya berdiri untuk mencari arah menuju terminal keberangkatan ke London. Saya lalu memilih satu lorong dan berjalan menyusuri lorong tersebut, karena tidak pasti apakah jalan yang saya pilih tersebut benar atau tidak menuju ke terminal keberangkatan, saya akhirnya memutuskan bertanya pada 2 petugas kebersihan yang sepertinya sedang beristrahat menjalankan tugasnya. Mereka menunjuk ke depan dan mengatakan kepada saya agar berjalan terus mengikut lorong tersebut. Setelah berjalan beberapa lama, saya melihat seorang staf darat perempuan Emirates (dari seragam yang digunakan, termasuk dasi dan lambang di dada kiri atas) berjalan berlawanan arah alias menuju ke arah saya. Saat berpapasan, saya memutuskan menyapa dan menanyakan arah sambil menunjukan boarding pass yang saya pegang. Staf perempuan tersebut dengan ramah memberikan informasi sekaligus membuka pagar pembatas dari tali dan mempersilahkan saya melewati jalan tersebut menuju area pemeriksaan penumpang yang datang dan pergi.
Di area tersebut berjejer mesin-mesin XRay dengan para petugas berpakaian jas yang sedang berjaga di depan komputer dan samping pintu XRay yang harus dilalui oleh setiao orang. Selain itu ada juga petugas dengan seragam berbeda dalam potongan baju dan celana biasa menjaga di depan mesin berjalan untuk mengatur berbagi nampan tempat para penumpang meletakan berbagai benda logam, termasuk jaket dan sepatu. Tentunya, saya juga harus melewati para petugas dan gerbang XRay tersebut. Untuk itu semua barang logam seperti cincin, kalung, sabuk (ikat pinggang), uang logam dan lain-lain sejenisnya, serta sepatu, kaos kaki dan jaket harus dilepas, diletakan dalam suatu nampan plastik yang telah disediakan lalu diletakan pada mesin berjalan yang akan melewatkannya ke mesin XRay. Setelah semuanya beres, saya masih memerlukan waktu untuk memakai kembali sabuk, cincin, kaos kaki dan sepatu. Setelah itu saya berjalan ke arah lift yang dijaga oleh beberapa petugas yang mengatur orang-orang untuk keluar masuk lift-lift tersebut. Melalui lift-lift tsb saya dan para penumpang lain yang transit menuju ke area kereta bandara yang akan akan kami tumpangi dari terminal kedatangan menuju terminal keberangkatan. Tidak lama menunggu, kereta, pintu-pintu terbuka secara otomatis, para penumpang naik dan pintu-pintu tertutup otomatis lalu kereta pun berjalan menuju terminal keberangkatan. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing tentunya. Tiba di terminal keberangkatan, para penumpang berhamburan keluar dan mencari jalan masing-masing di dalam terminal yang terang benderang dan gemerlap dengan berbagai kesibukan. Toko-toko serbaada, toko pakian, parfum, jam tangan hingga perhiasan emas seeprtinya buka 24 jam. Saya bergegas menuju papan informasi elektronik besar yang terpampang di suatu area di tengah-tengah terminal keberangkatan untuk mencari ruang tunggu pesawat. Setelah mendapatnya nomor ruang tunggu, saya tidak langsung menuju ruang tunggu tersebut. Saya menyempatkan diri mencari toilet untuk bersih-bersih, termasuk sikat gigi - yang dilakukan oleh banyak penumpang. Kertas pembersih dan air tersedia dalam bilik-bilik toilet untuk digunakan bersih-bersih selesai buang air besar. Airnya agak panas, karena itu harus hati-hati jika tidak akan terkejut saat menggunakannya pertama kali. Tersedia juga cairan pewangi yang digunakan bersama kertas toliet bagi para penumpang yang terbiasa bersih-bersih menggunakan kertas toilet saja sebagaimana di negara-negara Eropa. Selesai bersih-bersih, saya lalu berkeliling di terminal untuk window shopping sambil mengisi waktu tunggu. Saya juga mampir di salah satu kafe untuk sarapan. Toko-toko dan kafe-kafe menerima pembayaran tunai dan kartu. Pembayaran tunai dapat menggunakan dollar atau euro atau dirham. Jika pembayaran menggunakan dollar atau euro, maka pengembaliannya akan menggunakan dirham. Karena itu paling aman adalah melakukan pembayaran menggunakan kartu.
30 menit sebelum jam keberangkatan yang tertera ti boarding pass tiba, saya berjalan ke pintu yang nomornya tertera di boarding pass. Di depan pintu telah antri beberapa orang dari berbagai bangsa. Saya ikut mengantri, tidak lama kemudian petugas melepaskan tali penghalang dan satu per satu calon penumpang berjalan menuju 2 petugas yang berjaga memeriksa boarding pass dan passport. Setelah selesai diperiksa dan discan ke mesin, saya selanjutnya berjalan menuju ruang tunggu yang secara bertahap mulai dipenuhi para calon penumpang. sekitar 15 menit kemudian, petugas melalui pengeras suara mempersilahkan penumpang klas bisnis untuk masuk terlebih dahulu diikut oleh penumpang zona tertentu sebagaimana tertulis di boarding pass. Akhirnya zona saya dipanggil, namun saya harus melewati kerumunan penumpang yang berdiri di depan pintu menunggu zona-nya dipanggil. Ada satu dua penumpang yang zona-nya belum dipanggil mencoba masuk, namun petugas yang ketat memeriksa boarding pass meminta mereka menunggu panggilan. Setelah berdesak-desakan sebentar, akhirnya saya berhasil juga melewati pintu dan berjalan dalam lorong berkarpet biru lembut menuju ke pesawat. Di depan pintu pesawat, saya di sambut 1 pramugara dan 1 pramugari yang berdiri di kiri dan kanan pintu, menanyakan nomor kursi dan mempersilahkan saya mengambil lorong kiri menuju ke kursi saya. Setelah semuanya beres, pesawat lalu berangkat menuju London pada jam 10.30 pagi waktu Dubai alias terlambat lagi 40 menit dari waktu yang tertera di boarding pass, yakni jam 09.40 pagi. Ternyata Emirates pun masih delay. Dengan pengalaman ini, saya akan mempersiapkan diri lebih baik untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya incase terjadi delays yang berdampak pada reservasi hotel dan lainnya.
Bersambung ke Tulisan Keenam.
Aku, Sang Penjelajah#Langit itu ayahku#Bumi itu ibuku#Gunung-gunung itu kakaku#Lautan samudera itu adikku#Sungai ngarai itu sodaraku#Padang-padang itu sodariku#Hutan rimba belukar itu temanku#Tebing-tebing itu sobatku#Bintang-gemintang itu kekasihku#Mentari pagi itu pujaanku#Surya senja itu cintaku##Aku, Sang Penjelajah#Perjalanan itu ibadah#Berkelana itu doa#Mengasoh itu kidung##Aku, Sang Penjelajah#Tak terikat waktu#Tak terkurung ruang#Tak terpaku tempat##Aku, Sang Penjelajah#Akan ku daki..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur
1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...
-
Ini juga posting JADUL tahun 2007. Saat bongkar-bongkar blog baru ketahuan kalo posting ini belum dipublikasikan pada tahun 2007... lama am...
-
Saya menulis esai ini pada 12 September 2005 yang dipublikasikan salah satu milis lingkungan Indonesia. Tulisan ini saya temukan kembali mel...
-
Kemah Tabor di Mataloko Saya memilih sarapan roti lapis telur dadar bersama kopi Bajawa. Yudi dan Mako memilih nasi goreng bersama kopi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar