Jumat, 02 Oktober 2015

AMAZING INDONESIA - WONDERFUL JAMBI: Menara Air, Mesjid 1000 Tiang dan Danau Sipin

Menara Air
Saya dan Nodi melanjutkan perjalanan dari Jembatan Makalam ke Menara Air / Water Tower peninggalan Belanda. bangunan berbentuk selinder tersebut menjulang tinggi puluhan meter dan bisa dilihat dari Jembatan Makalam maupun bagian lain Kota Jambi. Pada era kolonial Belanda, Menara ini terhubung dengan bangunan kantor di sebelahnya. Namun saat saya berkunjung ke tempat tersebut, bangunan Menara dan Kantor telah terpisah oleh satu jalan kampung. Keduanya terlihat tidak terawat lagi. Bangunan menara terletak dalam suatu kebun yang ditanami cabe dan umbi-umbian. Menara dilengkapi pintu dan tangga, namun pintunya terkunci sehingga saya tidak bisa masuk. Karena itu setelah mengambil beberapa foto, saya dan Nodi melanjutkan perjalanan ke Mesjid Al Falah atau lebih dikenal sebagai Mesjid 1000 pintu.

Mesjid 1000 pintu tanpak megah dan agung didominasi warna putih. Beberapa pengunjung lain sedang duduk-duduk di bangku-bangku halaman mesjid menikmati kemegahannya menjelang sore. Saya dan Nodi turun dari mobil berjalan
Mesjid 1000 Tiang
menghampiri mesjid tersebut. Karena saya non muslim, maka saya hanya mengamati dan mengagumi kemegahan eksterior dan interior mesjid dari batas pagar halaman. Selain pagar, sekeliling mesjid juga dibatasi dengan parit berisi air dengan lebar sekitar 1 meter. Saya dan Nodi memulai ekplorasi dan pengambilan foto dari bagian kiri mesjid dilanjutkan ke depan lalu ke kanan dan berputar ke belakang. Bagian kanan mesjid dilengkapi toilet dan tempat wudhu. Di halaman belakang terdapat 2 rumah yang berdiri terpisah dalam jarak puluhan meter. 1 rumah tepat berada di
Interior Mesjid 1000 Tiang
belakang mesjid sedangkan 1 lagi di belakang bagian samping sejajar bagian samping kanan yang digunakan untuk tempat wudhu, kamar mandi dan toilet. Dari halaman belakang, saya dan Nodi berjalan kembali ke bagian kiri lalu duduk sejenak menikmati keindahan dan kemegahan Mesjid 1000 tiang tersebut.

Saat hari semakin sore, saya dan Nodi mengarah ke Danau Sipin guna menikmati sunset di danau tersebut. Mobil mengarah ke kantor gubernur Jambi lalu belok kiri di pertigaan depan kantor Gubernur. Sekitar 1o menit kemudian kami tiba di tepi Danau Sipin. Nodi memutuskan menyusuri pinggiran danau ke arah hulu, namun perjalanan tersebut berakhir pada jalan buntu sehingga mobil diputar kembali ke gerbang penjualan tiket yang telah tutup. Setelah
Danau Sipin
mobil diparkir di pinggir jalan depan gerbang, saya dan Nodi turun dan berjalan menuruni bukit ke tepi danau terus menyurusi pinggiran danau ke daerah landai tempat perahu-perahu kecil menaikan dan menurunkan penumpang dari kampung di sebelah danau.

Sore ini saya kurang beruntung mendapatkan sunset yang saya inginkan di danau Sipin. Terlihat awan tebal bergerak mengiringi matahari yang secara perlahan terus bergeser ke garis horison barat. Saya mengalihkan perhatian saya ke aktifitas para nelayan dan pengemudi perahu penumpang di danau. Para nelayan setempat terlihat sibuk menangkap ikan dengan cara tradisional menggunakan jala berbentuk
Alat penangkap ikan tradisional di Danau Sipin
kurva yang diikatkan ke batangan bambu atau kayu yang diangkat dan diturunkan secara intens per 5 menit. Nelayan lain menggunakan perahu berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain di danau tersebut. Perahu-perahu penumpang hilir mudik antara 2 sisi danau mengantar dan menjemput penumpang karena sepertinya hanya perahu-perahu tersebut menjadi alat transportasi di danau tersebut. Saya dan Nodi menuju tempat perhentian perahu. Saya menyapa 2 pengemudi perahu yang terdiri dari seorang ibu dan seorang bapak paruh baya. Setelah ngobrol sejenak saya  meminta izin memotret. Perahu yang dikemudikan si ibu mendapatkan penumpang sehingga si ibu mulai mendayung perahunya ke sisi seberang danau. Saya mengajak Nodi menaiki perahu tersisa dan meminta pengemudinya mengantar kami ke seberang
Ibu pengemudi perahu
danau guna melihat penduduk di seberang. Para ibu sedang sibuk mencuci di pinggiran danau saat kami tiba di seberang. Saya dan Nodi turun dan berjalan melewati mesjid di pinggiran danau menuju satu kios yang terletak sekitar 20an meter dari mesjid. Kebanyakan rumah penduduk masih berupa rumah panggung tanpa pagar pemisah antar halaman. Terlihat beberapa lelaki sedang duduk santai di bawah pohon mangga di halaman satu rumah panggung. Saya tersenyum dan mengagguk ke arah mereka sambil terus berjalan ke arah kios. Setelah memembeli minuman, saya dan Nodi kembali ke tepi danau mengamati matahari yang semakin hilang ditelan awan tebal. Saya mengambil beberapa foto lalu meminta Nodi melambai ke pengemudi perahu guna menjemput dan mengantar kami kembali ke seberang.
Jembatan Makalam di malam hari

Malam telah turun saat saya dan Nodi kembali ke Hotel. Nodi mengajak saya mampir di Jembatan Makalam dan Mesjid 1000 Pintu guna melihat perbedaannya di waktu siang dan malam. Keduanya, jembatan dan mesjid terlihat sangat indah di malam hari karena pendar lampu-lampu yang menyinari kedua ikon kota Jambi tersebut. Dari kedua tempat tersebut, saya dan Nodi mampir makan malam di satu resto lokal bernama Terang Bulan. Nodi mengajak saya mencicipi makanan khas resto tersebut, yakni mie yang terbuat dari tepung ikan :). Penjelajahan dan eksplorasi kota Jambi
Mesjid 1000 Tiang di malam hari
berakhir dengan tibanya saya di hotel mengistirahatkan tubuh menanti hari esok guna kembali ke Jakarta.


JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...