Kamis, 15 April 2010

TRANS JAKARTA : yaaa bus waeeee

Jakarta, 15 April 2010.

Pagi hari ini sekitar jam 7.30, para calon penumpang, termasuk saya telah memenuhi halte Layur di Jl. Pemuda Rawamangun. Tak lama berselang muncul 1 bus trans-jakarta yang telah dijubeli penumpang dari halte TU GAS. Karena terburu waktu, maka saya tidak bisa menunggu bus berikutnya, sehingga walau telah penuh aku masuk saja dan mencari tempat menempatkan diri ku diantara penumpang yang telah berjejalan dalam bus. Penumpang makin bertambah, saat bus menyinggahi halte-halte yang ada sepanjang jalur Layur - Mampang Prapatan. Karena makin padat, petugas penjaga pintu harus menolak beberapa penumpang yang mencoba masuk, namun di pintu bagian belakang, tetap saja ada penumpang yang memaksa masuk karena petugas hanya berjaga di pintu depan.

Mayoritas penumpang yang duduk sepertinya sedang tertidur sambil menikmati musik dari BB maupun HP masing-masing yang terpasang ke telinga melalui headset. Jejalan penumpang membuat suasana bus tidak nyaman, namun tidak ada pilihan, karena trans-jakarta merupakan moda transportasi alternatif mengarungi kemacetan Jakarta.

Sayangnya, perjalanan bus banyak kali terjebak macet juga walau telah menggunakan jalur khusus yang dibangun menghabiskan duit bermiliar rupiah. Biasanya, jalur Pramuka sejak halte BPKP hingga Pasar Genjing pasti selalu macet. karena jalur tersebut selalu diserobot kendaraan pribadi baik motor maupun mobil. Meskipun dijalur tersebut terpasang penghalang yang dijagai petugas, namum mereka seperti tak berdaya, karena hanya mengenakan seragam trans Jakarta. Jalur yang paling banyak diserobot adalah menjelang halte Utan Kayu, pasti selalu macet karena kendaraan-kendaraan pribadi selalu berusaha masuk walau telah dipasangi penghalang juga dan dijagai 2 petugas, namun sama seperti 2 petugas sebelumnya, mereka tidak berdaya menghadapi penyerobotan tersebut. Apalagi mendekati halte Utan Kayu, terdapat putaran yang dijaga para Pak Ogah makin menambah parah kemacetan di jalaur tersebut. Jalur tersebut telah berbulan-bulan macet karena penyerobatan kendaraan pribadi, namun pengelola trans-jakarta sepertinya tidak berupaya membenahi jalur tersebut, misalnya dengan melakukan kerjasama dengan polisi lalu lintas untuk menilang paqra pelanggar jalur.

Perjalanan pagi ini makin lama, karena bus yang saya tumpangi juga terjebak kemacetan di jalur menuju halte Manggarai hingga Dukuh Atas. Praktis waktu tempuh dari halte Layur hingga Dukuh Atas pagi ini adalah sekitar 1 jam. Karena kelambatan tersebut, saya baru tiba di kantor Imigrasi Jakarta Barat pada pukul 9.30 pagi, terlambat 1 jam dari wakatu yang disepakati, sehingga saya harus terburu-buru menemui petugas untuk mengurus paspor saya.

Beruntunglah pengurusan paspor bisa dilakukan secara cepat, setelah pengambilan foto dan sidik jari, saya lalu menunggu dalam antrian untuk wawancara dalam rangka mendapatkan paspor baru pengganti paspor lama yang telah lewat masa waktunya. Setelah menunggu hampir 30 menit, nama saya dipanggil petugas untuk wawancara sekitar 10 menit. Selesai itu saya pun melangkah keluar dan berjalan dari kantor Imigrasi ke halte kota bus trans-jakarta melalui stasiun kota. Jalan kota tua yang saya lalui dari kantor Imigrasi, gedung bank BNI, stasiun Kota hingga Halte nampak apik dan bersih, nyaman dilalui para pejalan kaki. Walau untuk memasuki halte, jalan satu-satunya adalah melalui stasiun kemudian masuk ke lorong bawah tanah karena Pemkot telah membuat pagar pembatas dari pintu masuk keluar lorong hingga ke pintu stasiun guna mencegah para pejalan kaki dan pedagang kaki lima meluber ke jalan antara stasiun dan halte yang dahulunya sering kumuh dan macet karena bertumpuknya para pejalan, PKL, angkot, bus dan juga kendaraan pribadi mobil maupun sepeda motor.

Pengalaman pagi ini menggunakan bus trans-jakarta sepertinya mengulang kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya menggunakan trans-jakarta. Bus yang dijanjikan sebagai angkutan alternatif tersebut tidak lebih dari bus AC biasa walau telah menghabiskan uang miliaran rupiah sejak persiapan sampai dengan pengoperasiannya. Pengoperasian bus tersebut seperti tidak punya standar pelayanan baku yang harus ditaati oleh operator, termasuk sopir. Waktu tunggu yang lama, penumpukan penumpang di halte yang lama dan pengap, waktu tempuh yang sama seperti bis biasa, pengumuman otomatis yang kadang tidak dihidupkan oleh sopir, udara panas dan pengap dalam bis karena ada AC yang rusak, halte yang dipenuhi sampah, petugas tiketing yang tidak ramah merupakan beberapa bentuk nyata dari ketidak-profesionalan pelayanan trans-jakarta.

Pada akhirnya, saya harus mengatakan ohhh trans-jakarta, ternyata bus waeeeeee!!! ga punya nilai tambah apa pun walau telah menghabiskan uang negara dan rakyat... dan yang telah direncanakan sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan ibukota, sayangnya JAUH PANGGANG DARI API.

JELAJAH INDONESIA. Pulau Rote & Ndana: Menjejaki Negeri Para Leluhur

1 perahu dari Pelabuhan Oeseli, Pulau Rote  Akhirnya, perahu nelayan milik Pak Ardin membawa kami mendekati tepi pantai Pulau Ndana. Tep...